Mohon tunggu...
Indah Pertiwi
Indah Pertiwi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dibalik Kenaifan Kartu Kuning Ketua BEM UI

5 Februari 2018   20:05 Diperbarui: 5 Februari 2018   20:19 2042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aksi seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang meniup peluit dan memberi kartu kuning bagi Presiden Jokowi menjadi viral di media sosial.

Adalah Zaadit Taqwa, Ketua BEM Universitas Indonesia yang melakukan itu. Aksi tersebut dilakukan saat Presiden Jokowi memberikan pidato di acara Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia, Depok, pada Jumat (02/02).

Tak pelak, ia pun memperoleh pujian, tentunya dari para pembenci Presiden Jokowi. Namun tampaknya lebih banyak yang mengecamnya di media sosial.

Kenapa? Karena masyarakat bisa menilai sendiri apa relevansi yang dikritiknya dengan kondisi di lapangan. Zaadit mengkritik soal gizi buruk di Asmat, Papua. Padahal dia sendiri belum pernah melakukan apa-apa sebagai kontribusi dan kepeduliannya pada masyarakat Papua.

Sedangkan, Pemerintah sudah melakukan berbagai usaha untuk menanggulangi itu. Baik dari segi pelayanan  kesehatan, monitoring perbaikan gizi, hingga pembangunan infrastruktur ke daerah tersebut.

Diakui, masalah gizi buruk memang sangat kompleks. Itu melibatkan berbagai dimensi sosial. Maka pemerintahan Jokowi juga berusaha meng-cover itu.

Namun, seseorang yang hidupnya saja masih bergantung pada orang tua, sekaligus masih belajar sudah sok-sokan mengkritik, tanpa melihat kompleksitas masalahnya. Itu bisa dikatakan sangat naif.

Apalagi di saat kejadian gizi buruk terjadi, BEM UI sebagai institusi mahasiswa juga tak melakukan kontribusi apa-apa. Sedangkan, universitas di Indonesia lainnya sudah melakukan aksi langsung, seperti UGM yang mengirim dua gelombang Disaster Response Unit (Deru) sejak 24 Januari lalu untuk turut membantu pemerintah menangani kejadian gizi buruk di Papua.

Selain itu, Universitas Hasanuddin Makasar juga sudah memberangkatkan 19 orang tim tanggap darurat ke Kabupaten Asmat yang tediri dari dokter senior dengan berbagai bidang, perawat, serta 6 orang profesor dari berbagai disiplin ilmu.

Semua itu dilakukan tanpa publikasi berlebihan. Mereka tak pernah melakukan pencitraan. Semuanya berjibaku membantu pemerintah tanpa pernah diliput media secara luas. Merekalah yang patut diapresiasi itu. Bukan mahasiswa pengkritik, yang tak tahu permasalahan di lapangan seperti Zaadit tersebut.

Kita tentu berharap bahwa seorang mahasiswa itu menjadi tumpuan solusi di masa depan. Untuk itu seyogyanya mahasiswa bisa memberikan dampak yang positif bagi masyarakat, sesuai dengan salah satu isi tridharma-nya yaitu untuk mengabdi pada masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun