Mohon tunggu...
Delima Chabelita Silalahi
Delima Chabelita Silalahi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa in Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semenjak Covid-19 Pedagang Sekolah Berkeliling untuk Berjualan

21 April 2021   23:18 Diperbarui: 21 April 2021   23:49 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BANDUNG-Alish (41) tinggal di daerah kabupaten bandung, berjualan bubur sumsum sejak 2 tahun yang lalu, Alish mengatakan bahwa ia hanya berjualan bubur sumsum saja tanpa mengambil pekerjaan tambahan untuk kebutuhan sehari-harinya bersama keluarganya. 

Ia berjualan di Banjaran karena terdapat 3 sekolah dasar sekaligus, setiap harinya dagangannya selalu habis terjual karena harganya pun yang cocok untuk anak sekolah dasar dan pula ia menjual bubur sumsum dengan 2 macam yakni bubur sumsum polos dan bubur sumsum candil yang pastinya masih tergolong jajanan sehat untuk murid Sekolah Dasar bahkan guru-guru maupun orang tua murid pun membeli jualannya.

Semenjak covid 19 menyerang negara Indonesia, penjualannya saat ini tidak sama seperti awal ia berjualan, sangat berbeda jauh bila membandingkan penghasilan jualannya saat sebelum ada covid 19 dan setelah ada covid 19. lebih lagi tidak aktivitas sekolah membuatnya berkeliling di daerah Banjaran kadang ia berdiam di depan kantor desa saat ia sedang malas untuk berkeliling dan beruntungnya banyak yang membeli jualannya. 

Semenjak covid 19, porsi dagangannya dikurangi karena modal yang tidak cukup dan juga bahan-bahan yang mulai melonjak naik beberapa bulan belakangan ini. beruntungnya gerobak yang ia gunakan adalah miliknya sendiri dan tidak ada kerusakan apapun hingga pengeluarannya tidak terlalu besar untuk modal penjualannya setiap hari. biasanya ia menjual 100 porsi, saat ini ia hanya menjual 50-60 porsi saja bahkan ia pernah menjual 40 porsi dalam sehari.

"setiap hari ibu berjualan dari jam 6 sampai jam 12 siang, kalau di bulan Ramadhan kayak gini ibu jualannya dari jam 10 sampai jam 5 sore. kadang kalau dagangan habis lebih cepat, siang hari juga langsung pulang ke rumah biar bisa buka puasa bareng keluarga"jelas Alish saat di wawancara selasa (13/4/21).

setiap harinya, Alish mendorong gerobaknya dari rumahnya hingga ke Banjaran seorang diri. belum lagi jalanan menuju rumahnya sedikit menanjak karena rumahnya yang di daerah pegunungan. Alish pun mengatakan bahwa ia bertahan berjualan hingga saat ini karena ia masih memiliki tanggungan anak yang masih bersekolah di bangku SMA, bila ia tidak berjualan ia memikirkan keluarganya yang kelaparan dan uang sekolah anak yang tidak sedikit.

"kalau ibu ga jualan, ibu makan darimana? keluarga ibu makan apa? belum lagi bayar uang sekolah anak yang tidak murah sama uang jajan anak."jelas Alish yang memberitahukan kesulitannya selama masa pandemi ini.

Alish berharap, setelah anaknya lulus SMA nanti, anaknya bisa membantu meringankan keuangan keluargannya. hingga ia bisa menambah modal jualannya lebih banyak lagi dibanding yang sekarang. bila bisa pun ia ingin memiliki satu lagi gerobak untuk berjualan bubur sumsum juga, dan bisa digunakan oleh keluarganya

walaupun kesulitannya semakin besar sejak pandemi ada, ia tidak akan menyerah untuk tetap berjualan karena baginya saat ini hanya berjualan bubur sumsum saja yang bisa memberi keluarganya makan dan keperluan lainnya.  namun ia selalu berdoa dan berharap untuk penjualannya agar selalu lancar setiap harinya, ia selalu sehat tanpa ada penyakit apapun yang menghambat penjualannya atau menyusahkan keluarganya dirumah dan diberi kemudahan rezeki oleh Tuhan Yang Maha Esa.

dokumentasi saat wawancara narasumber / dokpri
dokumentasi saat wawancara narasumber / dokpri
wartawan: Delima Chabelita Silalahi

Editor: Delima Chabelita Silalahi

Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia

Fakultas Ilmu Komunikasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun