Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Don't Look Up - Ilmuwan, Politisi, dan Pemodal

8 Januari 2022   06:57 Diperbarui: 29 Maret 2022   13:38 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Don't Look Up :

Ilmuwan, Politisi dan Pemodal

Dalam perspektif budaya secara global, setidaknya ada dua mainstream cara orang berkomunikasi, yaitu "High Context Culture Communication" dan "Low Context Culture Communication". Berkomunikasi dalam konteks budaya tinggi dan budaya rendah. Meski dua istilah diatas memperkenalkan dua istilah yang kerap dianggap hierarchis dan yang satu menyiratkan keunggulan terhadap yang lain, yaitu kata "High" dan "Low", namun semestinya kedua kata itu tidak difahami secara hierarkis. Karena masing-masing mempunyai kontekstualitasnya masing-masing.

Dalam konteks budaya tinggi, komunikasi adalah sesuatu yang sangat abstrak, subjektif, multi interpretatif, kompleks dan membutuhkan berbagai macam kecerdasan untuk memahami makna yang dituju. Kebalikannya, dalam konteks budaya rendah, komunikasi adalah sesuatu yang sangat konkrit, objektif, interpretasi terhadap makna nya tidak terlalu beragam, simple dan  kita hanya perlu mengerahkan kecerdasan rasio untuk memahaminya. Bila komunikasi budaya tinggi kerap dipraktekan masyarakat Timur, maka komunikasi budaya rendah kerap dipraktekan masyarakat Barat.

Komunikasi budaya tinggi yang abstrak ini, dalam komunikasi politik mewujud pada frasa-frasa seperti "penyesuaian harga" ketika ada kenaikan harga, frasa "diamankan" ketika ada penangkapan, atau kata "Iya" dan senyuman  yang tidak selalu bermakna persetujuan atau senang. Karena itu tidak keliru bila dalam titik ekstrem, banyak orang memberikan rumus A=~A (A sama dengan negasi A) untuk memahami ucapan politisi. Bahwa bila seseorang sedang mengatakan A, maka yakinlah bahwa yang akan terjadi atau maksudnya adalah sebaliknya.

Dalam budaya rendah, komunikasi politik mewujud lebih konkrit dan objektif. Harga BBM akan tetap disebut naik, bukan disesuaikan. Karena harganya naik, maka upaya untuk mempersuasi masyarakat supaya bisa menerimanya ada pada kekuatan data dan argumentasi. Bukan pada mempermainkan kata atau membuat trending topik untuk mengarahkan isu publik menjadi tidak rasional. Jarak antara komunikasi verbal dan tujuannya, relatif lebih sempit dibanding dengan budaya sebelumnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kedua pola budaya komunikasi diatas bisa dilihat dari cara berjanji atau merumuskan waktu. Dalam komunikasi budaya rendah, berjanji berarti merumuskan waktu dan tempat lebih konkrit, objektif. Seperti mengatakan bahwa kita akan bertemu di Kampus, Gedung A, Ruang 1 pada jam 14.00. Kebalikannya dengan komunikasi budaya tinggi. Berjanji dan merumuskan waktu adalah sesuatu hal yang abstrak dan subjektif. Orang cenderung mengatakan akan berjanji bertemu di Kampus pada waktu siang. Kampus nya sebelah mana dan siang nya jam berapa, sangat abstrak.

Bila film "Don't Look Up" adalah produk Barat yang dikenal mempunyai tradisi komunikasi budaya rendah, maka kita seperti tidak kesulitan untuk menangkap maksud yang ingin disampaikan  Leonardo Dicaprio, Meryl Streep dkk. "Don't Look Up". Mereka seperti blak-blakan menyampaikan resiko yang akan terjadi ketika masyarakat dan pengambil kebijakan tidak mau mendengarkan suara ilmuwan, atau hanya mau mendengarkan ilmuwan bayaran yang suaranya keluar hanya untuk menyenangkan saja. Apalagi ketika ilmuwan berada dibawah politisi dan pemodal. Karena pikiran politisi adalah pemilu, dan pikiran pemodal adalah revenue.

Don't Look Up sendiri menceritakan tentang dua astronom; DR. Randall Mindyas (Leonardo Dicaprio) dan Kate Dibiasky Phd.Cand (Jennifer Lawrence) yang menemukan adanya meteor sebesar Gunung Everest yang sedang bergerak menuju Bumi. Duo astronom tersebut bukan hanya bisa mengkalkulasi secara akurat kapan benturan meteor dengan planet Bumi akan terjadi, tetapi juga menyampaikan itu ke Presiden Amerika Serikat; Janie Orlean (Meryl Streep).

Hanya saja Presiden adalah politisi. Pikiran utama politisi adalah memenangkan pemilu. Presiden tidak melihat paparan Mindyas dan Dibiasky sebagai sesuatu yang menarik untuk diperhatikan karena dia sedang berhadapan dengan sentimen negatif publik atas kebijakan konyol yang diambilnya. Bahkan ketika Presiden memutuskan mensikapi secara serius ancaman meteor ini, itu dilakukan karena kepentingan pemilu. Reputasi Presiden sedang melorot tajam, dan keseriusan menghadapi ancaman benturan Meteor adalah dalam rangka pemilu. Bukan karena ingin menyelamatkan hidup manusia.

Karenanya ketika pemodal utama kampanye Presiden melihat potensi ekonomi yang sangat besar bila Meteor itu dibiarkan membentur Bumi, keputusan Presiden pun berubah. Presiden mengikuti saran pemodalnya, Peter Isherwell (Mark Rylance) untuk membiarkan Meteor membentur Bumi. Tidak mendengarkan saran Mindyass dan Dibiasky.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun