Bila dokter dan perawat sebelumnya melihat pasien tersebut sebagai orang sakit yang perlu disembuhkan, maka Sellignman mempunyai pandangan berbeda. Dia membalik pandangan tersebut. Bagi Sellignman, perempuan tersebut adalah orang sehat yang bisa disembuhkan.Â
Buktinya, dalam kesakitan akutnya, pasien tersebut masih mempunyai tatapan mata kemanusiaan dan pengharapan akan kesembuhan. Sellignman merubah pandangan negatif terhadap perempuan tersebut menjadi pandangan positif.
Berdasar pandangannya tersebut, Sellignman pun mencari dan menguji berbagai cara untuk menyembuhkan pasien tersebut. Diantara efek perbedaan cara pandang Sellignman dengan dokter sebelumnya, terlihat dari sikap kepada pasien.
Sellignman memperlakukan pasien tersebut sebagai manusia sehingga banyak melakukan pendekatan kemanusiaan seperti tersenyum, menyapa, dan mengajaknya jalan-jalan di taman untuk melihat lingkungan dan lain-lain. Sebagaimana layaknya orang sehat. Tidak memperlakukannya seperti pasien yang selalu harus dikurung di ruang perawatan.
Selain itu, Sellignman juga tidak melulu menjadikan obat sebagai solusi. Memeluk pasien, bercengkrama dengan pasien dan sederet aktivitas keseharian biasa orang sehat, adalah hal yang dipraktekan Sellignman.
Mungkin hal yang menarik adalah cara Sellighman melihat fase ketika pasien tersebut membentur-membenturkan kepalanya ke dinding. Karena pandangan negatif, dokter dan perawat sebelumnya hanya melihat momen pasien membenturkan kepalanya ke dinding sebagai perilaku negatif saja. Tidak lebih dari itu.
Namun Sellignman mempunyai pandangan lain tentang kejadian itu. Karena berpandangan positif, maka Sellignman pun menangkap sisi positif dari kebiasaan pasien membenturkan kepalanya.
Usai menguji rentetan cara menyembuhkan pasiennya, pasien tersebut tetap membentur-benturkan kepalanya ke dinding.
Namun pandangan positifnya Selligman, mampu melihat perbedaan peristiwa membenturkan kepala tersebut. Sellignman melihat adanya interval waktu yang makin melebar antara waktu manakala perempuan tersebut membenturkan kepalanya ke dinding.Â
Penyebab melebarnya interval waktu tidak membenturkan kepala itulah yang diselilidiki oleh Sellignman dan terus dijadikan treatmen kepada pasien.Â
Sampai pada akhirnya Sellignman tidak hanya berhasil menemukan cara memperlebar interval waktu si pasien tidak membenturkan kepala, tetapi juga berhasil menghentikan kebiasaan pasien tersebut dalam membenturkan kepala.