Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Lembaga Survei dan Penerimaan Hasil Pemilu

18 April 2019   16:32 Diperbarui: 18 April 2019   16:45 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lontar.id/6884/6884/ 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pastinya akan ragu pendapat dokter yang suka melakukan malpraktik. Namun ketika pendapat dokter malpraktik tersebut tidak berbeda dengan dokter jujur, pastinya pendapat dokter yang suka malpraktik itu terangkat menjadi pendapat yang benar. Dia menjadi pendapat benar, karena mesti dikuatkan oleh pendapat dokter lainnya yang jujur

Karena ada masalah kredibilitas polster, maka saya mencari second opinion. Secara personal, saya beruntung bisa berkomunikasi dengan beberapa orang yang menurut saya dhobit (Expert) dan adil (Trusworthy) tentang Quick Count ini. Orang-orang tersebut akunnya di dunia maya juga bisa diikuti. Mereka orang-orang yang dalam Pilpres yang diametral seperti sekarang ini, juga merupakan Pro 02. Melalui akun media sosial maupun japri, mereka confirm meyakinkan saya kalau QC bisa menjadi patokan hasil akhir. Meski secara legal formal dan sampai titik akhir Real Count lah yang menjadi pegangan.

QC dari Lembaga Survei yang kredibilitas orang-orang nya saya keragui, tertutupi karena ada pendapat lain yang menguatkan. Kalau kita kembali ke Musthalahul Hadits diatas, mereka menjadi Shahih lighairihi atau Hadits shahih karena dikuatkan oleh Hadits lainnya. Bukan karena ucapan mereka yang bisa langsung dipercaya. Mereka memang tidak kredibel, hanya saja ada orang kredibel yang menguatkan mereka. Dalam posisi seperti inilah kemudian saya memahami posisi QC kemarin.

Berkaitan dengan kekalahan, pendukung yang kalah saya rasa tidak perlu merasa rendah diri justru harus bangga. Karena kalau kita lihat angka-angka dan prosesnya, penantang dan pendukungnya sudah melakukan hal yang luar biasa dan layak apresiasi. Hasil QC 2014 berada di kisaran 6-9% tidak jauh berbeda dengan QC sekarang. Artinya, tidak ada perubahan signifikan selama 5 tahun ini.

Namun keduanya memiliki modal yang berbeda. Bila 5 tahun lalu keduanya sama-sama bukan incumbent, sekarang ini satu kandidat sudah berkuasa. Kemudian ketika berkampanye, dia mengerahkan semua resources untuk memenangkan Pilpres. Diluar buzzer yang sudah bekerja sepanjang 5 tahun, dukungan media mainstream, ada Proyek APBN, program dan dana BUMN, mobilisasi para pendamping desa dan PKH, dukungan massif Kepala Daerah, Polisi, juga Intelijen. Untuk menggambarkan cara kampanye yang dilakukan oleh Petahana, The Economist dari London memberikan judul "To win re-election, Indonesia's president has betrayed his principles" Lalu Dalam lead nya disebutkan bahwa "his political tactics are increasingly shabby" Namun hasilnya tidak jauh berbeda dengan lima tahun lalu. Lalu kenapa mesti minder dan tidak percaya diri?

Lalu apa yang mesti kita lakukan sekarang?

Kalau kita berbicara "Sekarang" berarti kita sedang membicarakan waktu. Secara teoritis, waktu itu terbagi tiga. Masa lalu sebagai masa yang sudah dilewati, masa sekarang sebagai masa yang sedang dijalani, dan masa yang akan datang sebagai sebagai masa yang belum jelas apa yang akan terjadi.

Sejenak kita berhenti membicarakan masa lalu karena itu masa yang tidak akan pernah kembali. Kita lupakan dulu pembicaraan masa depan karena itu misteri dan hanya bisa diduga. Dugaannya bukan hanya belum tentu terjadi, bahkan bisa jadi terjadi sebaliknya. Karena masa depan itu gelap dan kita hanya bisa memperkirakan. Kitab suci sudah mengingatkan, bahwa bisa jadi sesuatu yang kamu benci, itu adalah kebaikan bagi kamu. Sebaliknya, bisa jadi sesuatu yang kamu sukai, justru itu keburukan bagi kamu (Al-Baqarah 216)  

Menurut orang Inggris, masa sekarang itu Present (hadiah), karenanya itu mesti kita nikmati. Jadi kita stop dahulu menjadi petugas KPPS dadakan dengan menshare berbagai foto form C1 pemilu tanpa mengunggahnya di berbagai situs yang dibuat untuk mengawal hasil pemilu, atau berhenti sejenak screenshoot berita atau rumor politik yang sensasional hanya untuk menertawakannya sementara kejadian sesungguhnya tidak kita ketahui.

Sekarang ini, OLShop nya kita aktifkan kembali, cerita-cerita kelakuan anak atau lucunya suami yang tidak bisa berlaku mesra terhadap istri, atau iseng WA mantan. Karena masa sekarang, present, adalah masa yang harus kita nikmati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun