Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertemuan Khadijah dan Nabi Muhammad (2)

9 Maret 2018   08:27 Diperbarui: 9 Maret 2018   08:55 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sampai suatu hari di akhir Ramadhan 610 M, Muhammad pulang dalam kondisi tidak biasa. Badannya menggigil, wajahnya seperti ketakutan dan keningnya berkeringat. Khadijah sangat khawatir dengan keadaan Muhammad. Ia khawatir kalau suaminya tidak kuat menanggung sakit diluar batas. Tetapi ketika dia bertanya, Muhammad bergeming tidak menjawab. Hanya berkata "Selimuti aku, selimuti aku!" Tampak ada beban yang tidak tertanggungkan.

Akhirnya setelah diselimuti dan berdiam cukup lama, berceritalah Muhammad tentang seseorang yang menyuruhnya untuk membaca. Seseorang yang berpakaian putih dan entah datang darimana. Berulang kali orang itu memeluk Muhammad dan menyuruh membaca, tetapi Muhammad tidak bisa memenuhinya karena tidak tahu apa yang mesti dibacanya. Tiga kali berturut-turut orang itu menyuruhnya membaca, tiga kali juga Muhammad menjawab tidak bisa membaca.

Sampai akhirnya orang tersebut mendekap Muhammad dengan erat dan mengucapkan "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (Al-'Alaq 1-5)

Sebagai bangsawan Mekkah yang sering menyaksikan festival penyair di Mekkah, Khadijah terkejut dan takjub mendengar rangkaian kalimat itu. Setelah kegelisahan Muhammad sirna, Khadijah berkata : "Alangkah indah kata-kata ini, Muhammad! Belum pernah kudengar seperti ini sebelumnya!"

Mengenai sosok yang mendatanginya, Khadijah berkata ; "Berbahagilah, sepupuku! Ia bukan jin, bukan setan. Kuharap Ia malaikat. Kutahu kau orang yang baik. Kau tanggung beban berat, kau buka lebar pintu untuk tamu singgah atau mengingap, dan kau bantu menghidupkan kebenaran yang hampir sekarat. Demi Allah, ia takkan memperdayakanmu selamanya"

Lalu Khadijah mengajak Muhammad mendatangi sepupunya, Waraqah bin Naufal. Orang yang dianggap layak mengetahui peristiwa tersebut, sekaligus hendak dimintai pendapat.

"Putra Naufal, simaklah keponakanmu ini. Ia akan menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya. Siapa tahu ada sesuatu atau pendapat yang bisa kau katakan padanya" Ujar Khadijah pada Waraqah ibn Naufal.

Dengan seksama Waraqah menyimak cerita Muhammad tentang kejadian di gua Hira. Termasuk diantaranya sosok makhluk yang turun dari langit. Usai mendengar cerita Muhammad, Waraqah berbinar. Dia bangkit dan memeluk Muhammad. "Berbahagialah, Keponakanku! Berbahagialah Khadijah! Demi Allah sosok itu adalah pembawa wahyu yang dulu turun kepada Nabi Musa. Dan engkau, Demi Allah adalah nabi umat ini yang telah diberitakan kedatangannya jauh-jauh sebelum ini oleh para nabi."

Waraqah menambahkan, "Mudah-mudahan aku masih bisa menemanimu saat kau diusir kaummu. Aku akan ikut bersamamu ke mana pun kamu pergi. Kuharap hari-hari itu sudah dekat."

Kaget mendengar peringatan Waraqah, Khadijah pun bertanya, "Bagaimana mungkin mereka mengusir Muhammad?Bukankah mereka mencintainya?Bukankah mereka telah menjulukinya Al-Amin si jujur dan terpercaya?Bukankah mereka rela dengan keputusan dan ketetapannya?

Di sini Muhammad sangat dicintai dan setiap ucapannya di dengarkan semua orang. Bukankah kau lihat sendiri bagaimana mereka menerima keputusan yang diambil Muhammad saat mereka berselisih soal peletakan hajar aswad, dan hampir saja menimbulkan pertumpahan darah yang akan membawa dampak buruk mengerikan?Bukankah mereka semua mempercayakan penyelesaian kepadanya?" Begitu juga Muhammad. Ia tak percaya akan terusir dari kaumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun