Mohon tunggu...
Defrida
Defrida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Tulisanmu adalah bentuk semesta yang kau mimpikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Harta, Tahta, dan SGM

2 November 2020   10:09 Diperbarui: 2 November 2020   10:26 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perancis kembali menggegerkan warga internasional, melalui pernyataan Emmanuel Macron yang dinilai menghina umat Muslim. Pernyataan ini berawal dari kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang pelajar kepada gurunya yang dianggap telah menghina Nabi Muhammad SAW melalui pembuatan karikatur sang Nabi. Diakui bahwa umat muslim tidak mungkin berkompromi dengan penghinaan seperti itu, karena merupakan tindakan penghujatan terhadap Nabi yang merupakan utusan Tuhan. Tetapi sayangnya, hal ini terbentur oleh sekularisme Perancis yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Untuk Negara-negara di benua Asia, kebebasan semacam itu bukanlah sesuatu yang dipandang baik, terutama umat Muslim. Kebebasan yang sebebas-bebasnya justru akan memicu konflik antar kelompok jika tidak ada batasan. 

Gelombang protes terhadap pernyataan Macron mengalir dari berbagai negara di dunia, terutama negara dengan penduduk muslim mayoritas seperti Timur Tengah, Indonesia, Pakistan, dam lain-lain. Sebagai bentuk kekecewaan terhadap pernyataan Macron, beberapa gerakan Boikot terhadap produk Perancis mulai dilakukan. Kemarin saya melihat sebuah postingan yang dipos oleh akun Instagram @lambeturah yang menampilkan sebuah rak di minimarket yang penuh dengan produk-produk Perancis atau produk Indonesia tetapi sahamnya banyak dimiliki perusahaan Perancis, seperti Aqua. Produk-produk tersebut kemudian ditutupi plastik yang bertuliskan "BOIKOT". Saya merasa tidak masalah jika itu sebagai bentuk protes, tetapi kemudian mata saya terfokus pada susu formula merek SGM yang turut dimasukkan pada daftar boikot. Saya yang merasa tidak terpengaruh dengan aksi tersebut kemudian merasa dirugikan (padahal saya belum memiliki anak). Mengapa demikian, karena susu formula merek SGM itu merupakan susu yang biasanya saya minum sewaktu berusia 2-5 tahun. Saya ingat bahwa saya tidak bisa meminum susu formula seperti Dancow karena tidak cocok. Dalam pikiran saya, bisa saja ada adik-adik batita dan balita yang tidak bisa meminum susu formula merek lain, kecuali SGM. Saya pun merasa bahwa aksi boikot secara menyeluruh ini pada akhirnya mengorbankan satu pihak, yaitu anak-anak yang masih membutuhkan susu formula. 

Mungkin anda akan mengatakan bahwa susu formula bisa digantikan dengan Air susu ibu (ASI), tetapi kita tahu bahwa tidak semua ibu/mama dapat mengeluarkan ASI untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Selain itu, ada beberapa bayi yang tidak cocok dengan merek susu formula tertentu, bisa saja mereka hanya cocok dengan susu SGM.

Kita bisa tidak mencuci muka menggunakan Garnier selama bertahun-tahun (kita bisa pakai citra & herborist) , kita bisa menggantikan Aqua dan Vit dengan Air yang dijerang. Tetapi tidak dengan kebutuhan si Anak. Sebaik-baiknya kekecewaan dan kemarahan, tidak boleh mengorbankan anak-anak. Jika memang kita ingin melakukannya, sebaiknya aksi boikot ini dikembalikan ke pribadi masing-masing, bukan pemboikotan secara menyeluruh tanpa memperhatikan dampaknya. 

Jika ingin melakukan boikot terhadap produk makanan maka kita pun harus menyediakan produk alternatif, seperti yang pernah dilakukan Jerman pada masa perang Dunia II yang memboikot Coca-cola (produk Amerika) lalu menggantikannya dengan Fanta agar aksi boikot tersebut tidak merugikan warga Jerman, ini juga merupakan pencegahan terhadap kemungkinan "senjata makan tuan" Pemerintahan Hitler. 

Mungkin lebih baik kita memboikot produk yang tidak berhubungan dengan kebutuhan primer. Kita bisa memboikot produk-produk tersier dari Perancis seperti tas, sepatu dan dompet atau apa pun yang berhubungan dengan kemewahan bukan kebutuhan primer. 

   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun