Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sembilan Dusun di Perlis Krisis Air Bersih

30 Oktober 2015   13:34 Diperbarui: 30 Oktober 2015   13:56 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

KRISIS air bersih di Desa Perlis, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara telah berlangsung lama. Belum jua ada perhatian pemerintah setempat. Desa ini seperti terisolasi. Kondisi air payau dan tak layak minum membuat penduduk kesulitan mencari sumber air bersih. Mereka terpaksa membeli air ke daerah seberang dengan menaiki boat.

***

Tim mahasiswa peneliti dari Unimed menyikapi isu ini dengan mengadakan ekspedisi. ekspedisi berlanjut dengan pengerjakan projek penyediaan air bersih. Dan hasilnya? Tim sukses menyediakan alternatif sumber air bersih dengan produksi 100 galon per hari. Kendati demikian proyek ini masih tahap pengerjaan.

Dedi, salah satu anggota tim, mengatakan, proyek penelitian ini dikerjakan dengan mengandalkan dana hibah senilai Rp 45 juta dari Kemenristek Dikti, sebagai ganjaran atas usulan penelitian mereka yang menang lomba proposal Program Hibah Bina Desa (PHBD) tingkat nasional.

"Perlish itu sangat rawan airnya. Tak layak minum. Ada sembilan dusun dengan total sekitar seribuan Kepala Keluarga tinggal di sana. Mereka tinggal di rumah-rumah panggung di tanah seluas 6.011 meter persegi," ujar Dedi saat diwawancarai di Aula FMIPA Unimed, Jumat (30/10).

Lebih jauh ia menerangkan, ide penelitian tersebut didapat setelah mereka menggali lebih dalam informasi dari salah seorang kakaknya kelas di Olahraga Unimed. "Kakak kelasku kebetulan warga desa Perlis. Dia cerita. Lalu kami melakukan ekspedisi ke Langkat pada Februari 2014. Maret 2014 tim menyusun proposal dan mengirimkannya ke Dikti. Juni, proposal diumumkan lolos," bebernya.

Setelah itu, tim mempresentasikan proposal penelitian mereka di Hotel Madina, Medan beserta 16 lainnya peserta dari sejumlah perguruan tinggi di Sumatera sepasti Aceh, Palembang, Riau, Sumut.

Tim Dedi beranggotakan empat orang, yakni Indra Pratiwi, Mulyono Ardiansyah dan Fadhilla. Pada awal Oktober 2015, tim melakukan pengeboran setelah dana dari Dikti Cair. Awalnya tim mengusulkan pemanfaatan (olah) air sungai Babalan untuk meningkatkan produktivitas air minum, namun, terang Dedi, dikarenakan dana hibah terlalu sedikit, akhirnya tim menggunakan alternatif kedua.

"Jarak dari sungai ke rumah-rumah penduduk sangat jauh. Butuh banyak pipa. Sementara dana terbatas. Jadi kami banting setir dengan mengebor. Hasilnya, air bersih dapat juga," terang Dedi.

Pengeboran dilakukan hingga sebulan lebih. Dengan memasukkan pipa sebanyak 28 unit atau sekitar 204 meter ke dalam tanah. "Jika hanya beberapa meter, airnya masih asin. Jadi kami bor hingga 204 meter baru dapat air bersih," ungkapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun