Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Saya Ragu Berbagi Buah Mangga kepada Seorang Suster

1 Mei 2021   12:15 Diperbarui: 1 Mei 2021   12:17 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Suatu hari, seorang suster berjalan melewati beranda komunitas kami. Lalu seperti biasa, kami saling sapa. Saya yang lebih dahulu memberi sapaan karena saat itu beliau fokus pada tanaman mangga kami yang terletak tepat di depan beranda kami. Saat itu mangga kami sedang berbuah dan buahnya sedang lebat-lebatnya.

Sambil membalas sapaan yang kuberikan beliau meminta agar saya mengambilkan buah mangga untuknya. Beliau melakukannya sambil tersenyum yang menandakan ketulusan hatinya untuk meminta.

Saya mengajak beliau untuk melihat secara langsung buah mangga itu secara dekat. Saya mengatakan kepadanya bahwa kalau ada buah mangga yang sudah matang maka saya bersedia mengambilkannya untuk beliau.

Namun saat itu tidak ada buah mangga yang matang. Suster itu pun menjadi kecewa sambil mengatakan bahwa jikalau sudah ada yang matang, mohon untuk diberi kepadanya.

Lalu saya pergi ke tempat penyimpanan mangga kami. Mangga-mangga itu sudah kami petik sehari sebelumnya dan kebetulan ada beberapa mangga yang sudah matang.

Sebenarnya saya ragu memberikannya kepada suster itu karena mangga-mangga yang kami simpan itu akan kami makan bersama dalam komunitas. Namun karena merasa kasihan, akhirnya saya pun mengambil beberapa buah untuk saya berikan kepada beliau. Buah mangga yang saya berikan juga merupakan buah yang saya panen sendiri yang menurut dugaan saya belum diketahui oleh para saudara yang lainnya.

Saya membungkus mangga itu ke dalam sebuah kantongan plastik berwarna hitam agar tidak ada orang yang bisa melihat isi di dalamnya. Saya khawatir akan ada orang yang meminta kepada suster itu jika mereka mengetahui bahwa suster itu sedang membawa mangga. Kebetulan beberapa warga yang tinggal di sekitar kami mengetahui tentang keadaan mangga kami yang berbuah sangat lebat. Akhirnya suster itu pun kembali ke komunitas dengan wajah berseri.

Pengalaman hari itu berkesan bagi saya karena rasa ragu yang saya alami ketika hendak memberikan mangga kepada suster tersebut. Pengalaman itu membuat saya bertanya dalam hati: "mengapa saya harus ragu untuk memberi?".

Alasan pertama yang membuat saya ragu saat itu ialah karena mangga itu merupakan milik bersama. Namun "alasan ragu" ini menjadi terbantahkan ketika mengingat bahwa sebagai anggota komunitas, saya pun memiliki hak untuk berbagi kepada orang lain, asal saja saya tidak melakukannya untuk membela kepentingan pribadiku sendiri.

Misalnya, agar saya dinilai baik oleh suster itu, maka saya pun mengabulkan permintaannya untuk memberikannya mangga. Beruntung saat itu saya tidak sedang memiliki motivasi yang seperti itu. Saya melakukannya dengan tulus ikhlas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun