Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Kematian Tidak Mengenal Usia, di Situ Kita Harus Berjaga-jaga

1 Desember 2020   20:23 Diperbarui: 1 Desember 2020   20:35 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kematian (dok.pri) 

Suatu hari saya pergi melayat. Saat itu seorang pastor muda meninggal dunia secara tiba-tiba. Tidak ada yang menduga mengapa beliau pergi begitu cepat. Karena itu, berita kematiannya sempat membuat kami terkejut.

Meskipun dalam suasana duka, ada yang menarik yang saya amati saat melayat tersebut. Seorang pastor yang sudah lanjut usia datang dan berdoa di samping jenazah. Setelah berdoa beliau berkata demikian: "Mengapa kamu yang duluan pergi. Harusnya saya".

Saat mendengar perkataan itu, saya hampir mengira bahwa itu hanyalah perkataan spontan karena saya yakin bahwa beliau pun mengerti kalau kematian itu tidak bisa diprediksi atau ditentukan berdasarkan usia. Itu terjadi di luar perhitungan matematis manusia.

Namun ketika itu saya renungkan kembali, maka saya pun segera mengerti bahwa justru karena beliau mengerti bahwa kematian tidak bisa diprediksilah maka perkataan itu ia ungkapkan.

Ia mengerti bahwa kematian tidak mengenal usia. Entah tua atau pun muda, jika memang sudah waktunya, siapa pun tidak bisa menghalangi atau pun membatalkannya.

Saya juga pernah melayat saat seorang bayi yang baru berusia satu bulan meninggal dunia. Orang tuanya hanya bisa pasrah, meskipun tampak sedikit berontak karena menilai apa yang terjadi pada mereka sungguh-sungguh di luar kemampuan mereka. Tetapi mereka harus bertahan dengan segala kekuatan rohani yang mereka miliki dan yang mereka terima dari semua tamu yang hadir.

Sekali lagi, itu menunjukkan bahwa kematian sungguh-sungguh tidak mengenal batas usia atau ditentukan berdasarkan usia seseorang. Siapa pun dan kapan pun, kematian bisa saja datang kepadanya.

Akhirnya, setelah melalui permenungan secara pribadi, saya memutuskan kalau perkataan pastor tua tersebut muncul sebagai refleksinya bahwa kematian tidak mengenal usia dan karena itu kita diminta untuk senantiasa berjaga-jaga.

Kematian sungguh tidak mengenal usia. Siapa saja bisa secara tiba-tiba dipanggil oleh Tuhan. Karena itu, berjaga-jaga adalah sikap yang utama untuk itu.

Berjaga-jaga bisa dimengerti sebagai suatu sikap siap sedia akan panggilan Tuhan. Kapan saja Tuhan memanggil kita siap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun