Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Resensi Buku: Tentang Yesus Kristus

19 Oktober 2020   08:27 Diperbarui: 19 Oktober 2020   08:31 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anselmus memahami Allah sebagai summum bonum (kebaikan tertinggi) dan lebih besar dari Dia tidak mungkin dapat dipikirkan atau quo maius cogitari nequit (tetapi Dia tetap lebih besar dari pada yang dapat dipikirkan). 

Makin tinggi sasaran dosa maka makin tinggi atau berat pulalah dosa itu. Manusia berdosa terhadap Allah. Itu berarti sasaran dosa dari manusia adalah sangat tinggi karena Allah sendiri adalah Yang Tertinggi. 

Apa yang diberikan sebagai silih kepada Allah haruslah lebih besar dari segala sesuatu yang bukan Allah. Dan itu tak lain dari Allah sendiri. Oleh karena itu Anselmus mengatakan bahwa Allah menjadi manusia demi penebusan dosa manusia.

Namun pertanyaan yang lebih lanjut muncul. Apakah jika manusia tidak berdosa maka Allah tidak akan berinkarnasi? Thomas Aquinas mengatakan bahwa de fakto inkarnasi merupakan jawaban Allah terhadap tindakan manusia. 

Baginya, diperlukan pendamai dan penebus untuk menyelamatkan ciptaan yang jatuh dalam dosa. Alasan ini mendapat perkembangan yang lebih lanjut dari Bonaventura. Ia mengatakan bahwa inkarnasi tidaklah hal sesuatu yang baru dipikirkan Allah kemudian setelah manusia berdosa. Sejak kekal Allah sudah memperhitungkan kejatuhan manusia dalam dosa. 

Allah tidak mempredestinasi inkarnasi karena atau setelah manusia berdosa, karena sebagai karya Allah yang terbesar inkarnasi harus dikehendaki demi dirinya sendiri, akan tetapi de fakto memang inkarnasi sekaligus juga berarti penebusan dosa. Hal yang senada muncul dari pemikiran Yohanes Duns Scotus. Ia mengatakan bahwa Putra Allah akan datang ke dunia, tidak sebagai penebus jika seandainya manusia tidak berdosa. 

Bagi Scotus, penciptaan dunia, manusia dan malaikat merupakan persiapan bagi inkarnasi. Yesus adalah tujuan dari penciptaan: manusia akan bersatu dengan pribadi ilahi kedua (Putra) dan dengan demikian terjadilah penyempurnaan kodrat manusia yaitu manusia yang mampu menjawab kasih Allah. Artinya, baru dalam Yesus Kristuslah kesempurnaan jawaban kasih terlaksana.

Tinjauan Historis-Sistematik

Banyak kajian kristologis yang diulas dalam buku yang berhalaman 228 ini. Penulis menyinggung soal dialog beragama di mana manusia menjadi pusat penghormatan tertinggi. 

Penulis berkata demikian, "setiap orang, entah termasuk kelompok sendiri atau tidak, dihormati sebagai manusia" (hlm. 119).. Selain itu, penulis juga menyinggung soal Teologi Pembebasan dan Teologi Feminis. 

Kedua aliran teologi ini saling berkaitan karena "ciri-ciri yang ada dalam teologi pembebasan kita temukan pula dalam teologi feminis" (hlm. 150). Kedua alirang tersebut sama-sama ingin menghapuskan penderitaan yang diakibatkan oleh ketidakadilan yang dilakukan oleh para pemerintah dan kekuasaan yang datang dari budaya seksisme (patriarkhi dan androsentrisme).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun