Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pers Phobia

13 April 2021   19:28 Diperbarui: 13 April 2021   19:29 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rasa-rasanya sekarang ini makin tumbuh sikap Pers  Phobia kang. Ini bagaimana. Itu bunyi WA seorang teman wartawan kemarin. Ketika saya tanya apa yang dia maksud, dia ceritakan antara lain tentang surat telegram Kapolri No 750/2021 yang melarang media memberitakan arogansi dan kekerasan polisi dalam pemeriksaaan dan penyidikan. Walaupun kemudian  dicabut tapi, kata dia, indikasi benci atau apriori dan phobia wartawan tidak bisa dielakkan. Kemudian sang kawan menyebut peristiwa terakhir seorang Satpam di Kanwil Kementerian Agama Jawa Barat dengan kasar menghardik dan mengusir wartawan yang sedang menjalankan tugas jurnalistik.

Masih kata dia, ini rangkaian yang berkait berkelindan dengan peristiwa  peristiwa yang terjadi dalam perkembangan Pers di negara demokratis dan yang katanya  menjunjung tinggi nilai nilai pancasila.  Akang kan pernah mengalami disekap tentara gara gara berita.

Sebenarnya kita masih beruntung tidak termasuk 16 teman kita yang mati dibunuh.  Semua karena menjalankan tugas sebagai pengemban fungsi social control.

Saya sempat tertegun sejenak setelah membaca waswiswus teman dalam WA yang panjang ngagebay. Yang ada konten tersirat  emosi dan melankolis nya itu.

Yen tak pikir pikir,  itu semua benar adanya. Kebencian terhadap para pekerja jurnalistik itu sudah ada sejak lama. Bahkan sejak pers ini lahir di nusantara, ketika negeri ini masih dicengkram kolonialis. Banyak wartawan menjadi bulan-bulanan penguasa . Ada Adhi Suryo yang dibuang ke pulau Bacan. Kemudian ada Muhtar Lubis, Mahbub Djunaidi yang ditangkap dan dipenjara. Bahkan ada yang bernasib malang seperti yang dicerocoskan teman itu, mati diujung kebencian orang.  Memang benar itu resiko pekerjaan yang harus dihadapi. Iya memang tapi masa harus begitu. Ngono yo ngono tapi moso koyo ngono ?

Saya sering kali mendengar kata kata apriori banyak  orang. Katanya wartawan itu tukang cari kesalahan orang. Jujur saya tersinggung dengan stigma itu. Saya katakan sebisa bisanya."Kalau kalian tak mau dicari kesalahan ya jangan berbuat kesalahan atuh. Kalau tidak ada salahnya dicari sampai liang cocopet juga gak akan ketemu". Memang kemudian sebagai manusia saya juga memahami mustahil tidak ada kesalahan sama sekali.  Tapi kan gak perlu sampai harus phobia, harus benci bahkan kalau perlu dihabisi. Kita ini adalah komponen publik yang sama sama dilindungi UU. Seperti tentara, polisi atau ASN kami juga dibingkai undang undang. Undang Undang kami yang terahir adalah no 40 tahun 1999.

Saya buat tulisan ini tujuan utamanya ingin agar sesama komponen bangsa saling hormat menghormati. Silih asah silih asih dan silih asuh. Jangan ada phobi phobianlah.- ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun