Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Money

Impor Terus, Kumaha Eta?

24 Maret 2021   15:00 Diperbarui: 24 Maret 2021   15:07 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Rupanya Wakil Ketua Komisi IV DPR baru tahu jika Jahe juga kita impor ? Pak Dedi Mulyadi yang mantan Bupati Purwakarta itu murka dibuatnya.

Baginya keterlaluan kalau tanah kita ini dianggap terlalu gersang untuk ditanami jenis tanaman itu. Pastilah dia tak percaya. Ini bukan soal gersang atau "lendo" kang Dedi. Semua semata soal "willing" dan taktik dagang para kartel dagang. Lantas ada konspirasi atau kongkalikong dengan penguasa.

Kang Dedi pasti lebih "puyeng" kalau kita unggah semua jenis komoditas yang masih kita import. Dalam hal bahan pangan saja, kita masih impor beras, gula pasir, bawang putih, bawang merah, kedelai, daging sapi dan juga garam. Lalu terahir kata kang Dedi, jahe juga diimpor.

Jenis-jenis itu melengkapi jenis barang lain yang masih kita impor, yang di luar pangan seperti mesin pesawat, peralatan listrik, besi dan baja, plastik dan barang plastik, otomotif, kimia organik, perangkat optik dan lain-lain.  Pokoknya ada 15 macam tuh.

Jangan dinafikan kita juga ada menjual barang kita keluar atau expor. Jenisnya lumayan beraneka.  Sebut saja kelapa sawit, textile dan produknya,karet, kakao dan olahannya, biji kopi,kertas, batu bara,ikan dan olahannya, udang lobster, minyak atsiri kayu manis dan lain-lain.

Tapi nilainya masih kalah dengan nilai impor. Karena itu neraca perdagangan global kita selalu terkontraksi alias minus. Tahun 2020 kita minus $0,87 milyar.  Jumlah ini tahun sebelumnya mencapai $ 1,67 milyar.

Kenapa kita selalu defisit ? Secara umum mungkin keterangan Kepala Badan Pusat Statistik, Kecuk Suharyanto bisa dipahami.  Kata dia, eksport kita lemah, karena 1. Kualitas rendah, 2. Mode ketinggalan zaman terutama dalam eksport tekstil.  3 . Kebanyakan barang mentah. 4. Fokus dagang ke negara yang sedang perang dagang seperti Jepang, Amerika dan Cina.

Sebagai tambahan sejumlah pengamat ekonomi melihat   terjadi pula karena sikap moral penguasa yang tidak bersemangat memacu eksport. Mereka berkolusi dengan para kartel dagang yang memilih lebih baik impor. Ada keuntungan lebih besar di sana.  Dan itu menjadi bancakan mereka. Ingat kasus suap  daging sapi, gula pasir dan lainnya.

Para pengamat politik  menagih janji presiden.  Ketika melantik menterinya awal jabatan 2014, Jokowi akan menghentikan semua import pada tahun ketiga masa jabatannya. Sekarang sudah tahun ke 6. Impor masih terus. Malahan tambah menjadi jadi. Masa garam kita impor. "Piraku" jahe wae kudu meuli ti luar, sampai-sampai kang Dedi Mulyadi gusar ?

Apa yang disampaiksn Kecuk soal kualitas rendah mungkin benar. Banyak kesulitan petani ditingkat produsen. Mereka kurang diberi bimbingan soal mutu bibit/benih, sulit memperoleh pupuk dan bimbingan pasca panen. Industri otomotif, biaya produksi tinggi karena pabrik mobil berjauhan dengan pabrik baja sebagai bahan utama. Bahkan juga sekarang harus import dari Cina. Mode kendaraan juga kalah oleh Thailand dan Korea. Mereka tahu selera pasar dunia.  Akibatnya kita kalah pasar. Kita hanya bisa memasarkan mobil 200 ribu. Korea dan  Thailand sudah mencapai 1 juta unit setahun.

Jadi pak Jokowi harus melakukan pembenahan dalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun