Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Sejatinya Ikhlas Beramal

4 Januari 2021   12:28 Diperbarui: 4 Januari 2021   12:30 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahun 2013 saya dan kawan-kawan wartawan liputan Kemenag Jabar mengadakan Tour d Passntren. Sekitar 40 pondok pesantren dan madrasah sempat kami kunjungi.

Kesan pertama yang kami dapatkan adalah kehangatan dan ketulusan warga pondok dan madrasah. Dalam waktu singkat, kami bercengkrama ngobrol asyik dengan para santri dan siswa madrasah, kiyai dan guru guru.

Umumnya kiyai adalah sosok yang alim dan bijak bestari. Bertutur kata lembut tapi tertata rapi. Tulus dan rendah hati. Someah hade ka semah. Menyenangkan hati orang itu sepertinya sebuah keniscayaan.

Satu peristiwa yang membuat kami tersanjung terjadi di Pondok Mansyaul Huda Majalengka. Pemimpin Pondok itu seorang Doktor.Namanya Dr. Satkosi. Biasa dipanggil Mama Oci.

Kami menginap semalam di sana dan ngobrol sampai larut malam.

Tiba-tiba mama Oci berkata "Wartawan juga kiyai".

"Wah kok bisa ?"

"Kan sama sama amal Maruf nahi munkar. Ada wartawan yang baik dan kurang baik.  Tidak ada jaminan semua kiyai masuk surga. Itu mah hak prerogratif gusti Allah" katanya.

Saya pikir itu bagian dari kesantunan pak kiyai menyenangkan hati orang. Mungkin saja sekedar basa-basi. Tapi tak urung membuat hati tersanjung.

Di Sukabumi pak Kiyai rela hati markirin mobil kami layaknya tukang parkir ketika kami pamit pulang. Subhanallah, bukan main menyenangkan.

Secara umum pondok pesantren itu berada di pedesaan jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Kondisi fisiknya memprihatikan. Kobong tua, reyot dan sempit. Dihuni santri berdesakan. Sebuah kamar yang layaknya untuk  3 orang dijejali 10 orang. Pasokan air terbatas, listrik byarpet dan lain-lain yang serba memprihatinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun