Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kaya atau Merasa Kaya?

4 Maret 2021   22:38 Diperbarui: 4 Maret 2021   23:03 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mas photo lagi dong, yang tadi jam saya gak keliatan..
Mas agak dari bawah photonya supaya tas saya keliatan brandnya..
Ini sepatu limited edition lho..

Heboh para ibu-ibu sosialita meminta pegawai resto untuk memphoto mereka, gak cukup sekali, gak cukup satu gaya, gak cukup satu orang.

Tergelitik hati ini ingin menuangkan opini saya pribadi mengenai orang yang sangat mendewakan kebendaan.
Merasa dirinya akan menjadi berharga jika ada benda disekitarnya, bisa itu berupa tas branded, jam tangan mewah, sepatu import dan bahkan mereka rela berphoto ria dengan angle/ posisi yang kurang nyaman demi barang-barang itu nampak jelas di camera.

"Ah iri anda, iri bilang boss.." mungkin kalimat ini akan celetuk keluar dari orang itu kalau sampai dia tahu saya perhatikan.. he..he..hee..
"Memang kenapa? barang-barang saya, belinya pakai uang saya, koq situ yang repot" Iya sih bener, saya juga mungkin gak akan mampu membeli barang-barang branded itu, kenapa saya ribet ya? Hmmm..

Tepatnya saya bukan iri atau ribet, tetapi saya heran. Mengapa benda itu bisa dianggap menjadi bentuk sebuah pengakuan kesuksesan. Kenapa koq ada orang yang suka bertubi-tubi memajang barang-barangnya dilaman media sosial, supaya orang bertepuk tangan, terkagum-kagum kah? atau untuk orang lain tahu bahwa ia memiliki segalanya? Entahlah

Saya memang tidak mampu membeli barang-barang branded itu sih, dan jikapun dicukupkan rezeki sama yang maha kuasa, kecil kemungkinan saya ikut-ikutan membeli. Saya menikmati diri menjadi pribadi yang simpel, toh kalau butuh tas ya beli saja tas, bukan beli merknya. Jika butuh jam, ya beli saja jam bukan beli kemewahannya, toh fungsinya sama. Sepertinya memang bakat pelupa saya membuat saya menjadi orang yang sulit membeli barang-barang mewah, bisa-bisa tertinggal atau malah lupa taruh dimana.

Nah kembali ke topik pembendaan..

Saya bisa menarik kesimpulan bahwa kebendaan adalah tentang mentalitas. Bahwa jika mental kita belum jadi orang kaya, maka rasanya semua benda itu wajib ada disekitar kita untuk mengatakan bahwa kita kaya. Tapi jika mental kita sudah kaya, kita tidak perlu semua benda itu untuk memberitahu bahwa kita kaya. 

Sekarang saya paham kalimat Bill Gates disebuah media yang mengatakan; "semua brand yang menempel ditubuh seseorang hanya membuat dia merasa kaya". 

Yaa betul, MERASA KAYA dan KAYA BETULAN memang dua hal berbeda.
Orang yang kaya betulan tidak berfokus pada barang yang membuat seolah dia merasa bernilai.
Mereka fokus bagaimana memberikan nilai atas kehadiran mereka.

Duuh so filosofi yaa, yaa maklum belum jadi kaya betulan jadi masih ngaco nih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun