Apa solusi untuk masyarakat perokok? Apakah mereka harus benar-benar berhenti merokok?
Tentu saja tidak. Karena, mereka yang menjadi perokok juga melalui proses. Termasuk mereka yang tidak ataupun berhenti merokok, pasti butuh proses.
Proses itulah yang kemudian perlu diwadahi dalam bentuk solusi. Mudahnya, perokok itu adalah manusia. Mereka juga manusia cerdas. Buktinya, para dosen, guru, dan siapapun itu tidak sedikit yang menjadi perokok. Sehingga secara logika, mereka pasti paham aturan, bukan?
Lalu, mengapa mereka tidak diberikan solusi?
Itulah yang seringkali tidak dipikirkan oleh kita. Kita terlalu fokus dengan akibat (asap), bukan bagaimana caranya supaya penyebab (api) itulah yang berkurang. Padahal satu-satunya cara yang manusiawi dalam menangani keberadaan perokok adalah menyediakan zona merokok, selain memasang tanda "no smoking area" di tempat-tempat yang diduga mudah terjadi interaksi antara si perokok dengan non perokok.
Melalui keberadaan zona merokok itu, yang sadar tempat tidak lagi hanya si perokok, namun juga si non perokok. Bagi mereka yang berada di zona merokok, maka mereka harus menerima konsekuensi untuk terpapar asap rokok. Jadi, siapa yang salah?
Sedangkan bagi si perokok, mereka yang ingin merokok harus dan wajib berada di zona merokok. Jika lalai, baru dapat diberikan sanksi tegas. Toh, sudah diberikan zona merokok, dan zona ini juga selain harus tetap strategis (tidak terlalu jauh) juga harus tanpa memandang jenis kelamin.
Karena, kebiasaan merokok dewasa ini tidak mengenal jenis kelamin dan gender. Mereka dapat hadir di siapa saja dan di mana saja. Maka dari itu, ketika kita sudah tidak mampu mengontrol subjeknya, maka kontrollah sistem dan lingkungannya.
Itulah yang akan membuat kita tetap memanusiakan para perokok. Karena mereka jelas adalah manusia dan bahkan mereka juga orang-orang cerdas, melek kesehatan, dan tentunya sadar.
Sehingga, jika kita memberikan solusi sejajar dengan keberadaan aturan ataupun larangan, maka kita sudah dapat disebut (juga) manusia cerdas yang kemudian memahami bahwa para perokok bukanlah pendosa, pesakitan, apalagi nakal.
Mereka hanya memiliki kebebasan. Sama halnya dengan sebagian dari kita yang terlalu addicted dengan game, serial drama Korea, hingga kebiasaan-kebiasaan lainnya yang tentunya tidak perlu disebutkan secara rinci. Toh, kita pada akhirnya tahu sama tahu, bukan?