Ketiga upaya dalam menghindari keterlambatan ini sebenarnya sudah ideal untuk dilakukan. Namun, kadangkala kelalaian atau keteledoran orang bisa terjadi kapan saja. Entah itu tanpa disengaja maupun ketika disengaja. Seperti yang saya lakukan tempo hari sebelum berangkat mudik.
Saat itu saya memutuskan untuk menulis dulu sebelum berangkat dan alhasil waktu yang seharusnya saya gunakan untuk merapikan kamar kost justru saya gunakan untuk packing dan mandi. Terjadilah keberangkatan saya terlambat, dan pada akhirnya saya harus berangkat dengan transportasi yang berbeda---bus. Karena, keretanya sudah berangkat, tepat beberapa menit sebelum saya tiba di stasiun.
Hal ini tentunya menjadi pembelajaran bagi saya pribadi walaupun juga seringkali masih saya alami. Namun, di sini saya mendapatkan hikmah di balik itu. Yaitu, tidak menyerah untuk berusaha, meski apa yang dialami seringkali tidak sesuai perencanaan.
Bagi beberapa orang, mudik adalah kegiatan yang menarik dan penting untuk dilakukan. Begitu pula bagi saya secara pribadi yang menganggap mudik adalah kegiatan yang perlu dilakukan ketika momen itu terasa istimewa---alias tidak sekadar pulang. Salah satu keistimewaannya adalah merasakan perjalanan antar kota tanpa makan dan minum. Maka, itu adalah hal yang sangat menantang karena akan sangat membutuhkan kondisi badan yang sangat bugar untuk melakukannya.
Apalagi jika menggunakan transportasi bus yang terkadang lancar lajunya, terkadang juga terantuk-antuk. Maka, potensi mabuk bisa saja terjadi. Inilah yang kemudian menjadikan perjalanan mudik saya tahun ini tetap menyenangkan meski harus terlambat.
Walau begitu, jangan sampai Anda semua merasakan mudik dengan keterlambatan, ya. Karena, tepat waktu adalah kunci untuk mencapai kelancaran dalam setiap kegiatan yang kita jalani. Termasuk mudik.
Selamat mudik! Selamat berkumpul dengan keluarga masing-masing!
Tulungagung, 28 Mei 2019
Deddy Husein S.