Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

Duel Manchester City vs Arsenal Sajikan Duel Filosofi Sepak Bola Spanyol

3 Februari 2019   21:27 Diperbarui: 3 Februari 2019   22:12 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aguero dan Aubameyang akan menjadi andalan di City dan Arsenal. (Skysports.com)

Pekan 25 Liga Inggris akan menyajikan duel dua tim besar yang sama-sama menginginkan kemenangan demi tetap berada di posisi terbaik. Manchester City ingin kembali berada di dua besar, dan Arsenal ingin kembali menyaingi Chelsea di 4 besar. Pertandingan besar ini akan berlangsung di Etihad Stadium, markas The Citizens.

Pertandingan sengit ini juga akan mempertemukan kembali dua juru taktik asal Spanyol, Josep 'Pep' Guardiola di City dan Unai Emery di Arsenal. Sebelum keduanya hijrah ke Premier League, mereka sama-sama merajut pengalaman melatih di La Liga---liga utama Spanyol. Bedanya, Pep Guardiola sudah berhasil langsung menduduki kursi kepelatihan di tim sebesar FC Barcelona, sedangkan, Unai Emery baru dapat melatih Sevilla sebagai klub yang setidaknya langganan di 4-5 besar klasemen atas La Liga. Bersama Sevilla juga, karir Emery dapat merangkak naik hingga dapat membesut tim besar di Prancis, Paris Saint Germain (PSG).

Sama seperti Emery yang akhirnya melangkahkan kakinya ke kompetisi luar Spanyol, Pep juga melakukan hal serupa pasca melatih Barcelona. Walau, sempat istirahat sejenak, Pep akhirnya melatih klub kuat Eropa, FC Bayern Munich/Munchen. Klub pendominasi liga Jerman, Bundesliga. 

Uniknya, keduanya sama-sama berada di klub yang dominan di masing-masing liga domestik. PSG mendominasi Ligue 1 dengan kekuatan finansial yang membuat mereka mampu membuat transfer besar terhadap pemain-pemain bintang. 

Begitu pula dengan Bayern Munich yang mendominasi Bundesliga dengan kebijakan transfer yang dikenal dengan istilah 'menggembosi' klub-klub kontestan Bundesliga. Bayern Munich selalu berhasil merekrut pemain-pemain yang moncer di klub-klub pesaingnya, contohnya, Robert Lewandowski, Matt Hummels, Mario Goetze, yang uniknya mereka direkrut dari Borussia Dortmund.

Langkah kedua pelatih ini setelah dinilai memang mumpuni di klub selain klub sebelumnya yang diantarkannya meraih kesuksesan, akhirnya berlanjut ke Liga Inggris. Pep datang terlebih dahulu dan melatih klub yang mirip dengan Real Madrid di Spanyol, PSG di Prancis, dan Bayern Munich di Jerman. Yaitu, klub yang sangat mengandalkan kekayaan untuk dapat merekrut pemain bintang untuk bermain di Manchester Biru. Bedanya dengan ketiga klub di tiga liga yang berbeda tersebut adalah mereka tidak sendirian dalam mengumpulkan pemain-pemain terbaik. Masih ada Chelsea dengan Roman Abramovich, ada Manchester United yang masih dikenal sebagai klub terbaik Inggris, lalu ada Liverpool, Arsenal, dan klub yang mulai konsisten berada di 3-4 besar klasemen atas; Tottenham Hotspur.

Inilah yang kemudian membuat City tidak bisa begitu dominan di Inggris. Hal ini pula yang membuat masa adaptasi dan karir Pep tidak semulus di Barcelona dan Bayern Munich---walau di dua klub ini juga tidak 100% mulus. Namun, dengan pengalamannya di Barcelona dan Munchen, serta filosofi sepakbolanya yang kuat, membuat Pep tidak perlu waktu lama untuk dapat segera memenangkan gelar juara Premier League. Sokongan dana dan materi pemain, membuat City cukup konsisten berada di 2 besar liga.

Poin penting lainnya adalah Pep datang ke sebuah klub yang sedang merasakan sensasi juara dalam kurun waktu yang tidak lama. City pernah menjuarai Liga Inggris bersama Roberto Mancini dan Manuel Pellegrini. Uniknya, skuad juara tersebut masih ada beberapa yang bertahan di City sampai saat ini. Seperti Sergio Aguerro, Vincent Kompany, dan David Silva.

Inilah yang menjadi pembeda bagi Pep dengan Emery yang baru musim ini membesut klub Premier League. Arsenal (tim yang dilatih Emery), belum lagi merasakan juara sejak terakhir kali merengkuhnya di musim 2003/04. Artinya, Arsenal sudah nyaris tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk juara di Premier League. Aneh, namun sepertinya begitulah yang terjadi di Arsenal. Satu-satunya 'orang Arsenal' yang tahu rasanya juara di Arsenal adalah Arsene Wenger. Ya, pelatih kawakan asal Prancis inilah 'peninggalan' yang tersisa dari generasi sukses Arsenal di 15 musim yang lalu.

Hal ini membuat Arsenal seringkali terlihat seperti tim medioker ketika melawan Chelsea, City, dan apalagi MU. Hanya saat menghadapi Liverpool dan Tottenham Hotspur, Arsenal masih dapat mendongakkan kepala dan yakin dapat memenangkan laga. Sehingga, dengan mentalitas tim yang demikian, Unai Emery dengan pekerjaan rumah yang sangat berat.

Yaitu, membangun mentalitas pemenang dan juara. Mental yang dimiliki PSG di kompetisi domestik dan Sevilla di Liga Europa. Inilah yang harus dilakukan oleh Emery terhadap skuad Arsenal saat ini. Kalaupun berbicara pemain Arsenal yang pernah juara liga adalah Mesut Ozil, Alexis Sanchez (kini di MU), dan yang paling relevan adalah Petr Cech. Kiper senior ini pernah merasakan juara beberapa kali bersama Chelsea. Sedangkan dua pemain lainnya, Ozil dan Sanchez, mereka menjuarai liga Spanyol dengan dua klub yang berbeda; Ozil di Real Madrid, sedangkan Sanchez bersama Barcelona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun