Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketidaktahuan Menjadi Kesalahan yang Terus Terawat

6 Januari 2019   07:52 Diperbarui: 6 Januari 2019   08:39 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memikirkan sesuatu yang belum diketahui (kosong). (Sumber gambar: Beritagar.id)

"Lidah dan jempol cepat beraksi sebelum otak dan mata menuntun."

"Wah! Enak ya jadi mahasiswa?"

"Wah! Gaji di perusahaan ANU pasti besar ya?"

"Wah! Pasti enak masih jomblo, bisa ke mana-mana."

Masih banyak lagi pertanyaan maupun sebenarnya pernyataan untuk sebuah ketidakpastian. Karena, ada hal yang menghantui pikiran kita. Yaitu, ketidaktahuan terhadap realita secara keseluruhan. Kita seringkali terkecoh dengan penampakan tentang hidup si A, si B, si C, dan si D yang terlihat berbeda. Walau benar, bahwa kehidupannya saling berbeda. Namun, konsekuensi di antara mereka sebenarnya akan selalu ada. Karena, konsekuensi ada di dalam setiap pilihan untuk menjadi siapa dan melakukan apa.

Sebenarnya, siapa yang tidak menginginkan hidup dengan setiap hari makan enak, uang banyak, tidurpun nyenyak?

Tapi apakah semua bisa dirasakan oleh kita?

Jawabannya tidak.

Mengapa?

Orang makan enak, belum tentu punya uang banyak. Bisa jadi, dia bermodal tenaga untuk turut 'rewang' dalam hajatan tetangga atau sanak saudaranya. Nah, sebagai imbalan dari jasanya itu, maka dia dapat merasakan makan enak. Tapi, apakah dapat tidur nyenyak? Mungkin bisa nyenyak, karena faktor kegiatannya yang tentunya menguras tenaga jika mengikuti 'behind the scene' dari hajatan tersebut. Namun, jika dia tidak lagi mendapatkan 'pekerjaan' tersebut, apakah dia dapat makan enak? Apakah kemudian dia dapat tidur nyenyak?

Lalu, bagaimana dengan orang yang memiliki uang banyak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun