Mohon tunggu...
Kompasiana Larantuka
Kompasiana Larantuka Mohon Tunggu... Administrasi - Kodim 1624/Flores Timur
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Informasi Seputar TNI - POLRI Larantuka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengolahan Produk Kelor di NTT Berkembang Pesat, Simak Selengkapnya

22 Agustus 2022   20:58 Diperbarui: 22 Agustus 2022   21:10 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Kutip dari, FORTITERNEWS.COM

Flores Timur- Program Kelorisasi yang digaungkan oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat kini sudah berbuah manis. Berdasarkan data yang dihimpun dari Dapur Kelor, Setiap bulannya memiliki dampak ekonomi yang luar biasa untuk rumah tangga dan para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Direktur PT. Moringa Wira Nusa sekaligus Founder Dapur Kelor, Ir. H Dedi Krisnadi menjelaskan setiap bulannya ada 36 ton kelor basah yang terserap dari para petani maupun rumah tangga yang memiliki pohon kelor baik yang ditanam di pekarangan maupun yang yang mempunyai kebun budidaya. Dari 36 ton Kelor basah yang sudah per kg dibeli dengan harga Rp 5,000.

"Daun basah yang terserap sebanyak 36 ton. Kalau dikalikan dengan Rp 5.000/Kg maka uang yang yang beredar di masyarakat perbulannya adalah 180 juta. Ini belum di konversi ke serbuk kering dan produk turunannya," kata Dedi kepada wartawan, Jumat, 19/08/2022.

Ia menjelaskan Dapur Kelor tidak memiliki kebun kelor. Kelor yang dibeli oleh dapur kelor selama ini diambil dari 36 sentra pengolahan ditambah 14 petani mitra yang merupakan binaan Dekranasda NTT. 36 sentra Pengelolaan itu merupakan binaan dari Korem 161 Wirasakti Kupang yang tersebar di seluruh Kodim dan Koramil seluruh NTT.

Dokpri. Laporan  dari Salah Satu Koramil 
Dokpri. Laporan  dari Salah Satu Koramil 

Dudi menjelaskan, sentra produksi yang ada di Koramil, bahannya diambil dari masyarakat melalui Babinsa. Babinsa menghimpun Kelor dari warga dengan harga Rp5000 per kilogram. Kelor yang dikumpulkan itu kemudian diolah di sentra produksi Kelor yang ada di Koramil-Koramil sebelum dijual ke Dapur Kelor.

Dapur kelor setelah membeli serbuk kering dari sentra pengelolah, serbuk terserbut akan di clearing ulang menggunakan mesin khusus untuk menghilangkn berbagai bakteri bakteri. Pasca itu kata Dudi, pihaknya akan mengembalikan serbuk tersebut ke sentra pengolahan untuk dibuatkan produk yang siap dilepas ke pasaran.

"Konsepnya untuk pemberdayaan masyarakat untuk pembuatan celup kelor dengan kapasitas 1.440.000 kantong. Setiap kantong akan diberi upah Rp 250 per kantong. Mereka hanya isi serbuk kedalam kantong celup tersebut. Jika diakumulasi dari 1.440.000 kantong dikalikan dengan Rp 250 makan mengasil perputaran uang sebesar Rp 360 juta perbulan," katanya.

Dengan gambaran itu kata dia, program Kelorisasi yang digaungkan oleh Gubernur NTT telah membawa dampak ekonomi bagi petani dan para pelaku UMKM. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun