Mohon tunggu...
Debora Tamba
Debora Tamba Mohon Tunggu... karyawan swasta -

ibunya anak-anakku dan istri suami

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Goresan di Tangannya

22 Juli 2015   11:05 Diperbarui: 22 Juli 2015   11:22 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tadi malam, setelah selesai nyiapin bahan masakan buat esok pagi, aku tidur dikamar anak gadisku, sementara dia masih asyik dengan gadgetnya. Tiba-tiba jam 22.30 WIB aku dibangunkan karena ternyata ada panggilan telepon dari adikku yang di Batam. Dengan suara yang kedengarannya sangat berhati-hati dia menanyakan ada apa selama anak gadisnya liburan dirumahku ketika bareng main sama gadis kecilku. Karena ada gores-gores ditangannya dan diketahui emaknya, sementara ketika ditanya dia tidak menjawab dengan jelas. Dengan suara yang yakin, aku bilang bahwa gadisku gak ada masalah ditangannya dan selama bareng juga mereka cekakak cekikik, no problemo. Cuma ketika diminta untuk tanyakan, ada kekhawatiran info ini akan sampai ke anak gadisnya. Akhirnya aku sarankan untuk tanya baik-baik ke anak gadisnya, ajak bicara heart to heart karena adikku bilang dia akan tanya, kalau perlu dihajar, kenapa sampai gores-gores. Secara tidak langsung aku tahu, si kakak ini tidak suka membicarakan tentang emaknya, kalaupun dibicarakan, pasti hal-hal yang tidak enak dia alami dari emaknya. Sehingga aku bilang coba digali informasi dari anaknya apa penyebabnya #ketika ngomong ini, ada rasa tidak enak dihatiku, karena aku sadar bahwa mungkin akupun seperti itu ke anakku#

Setelah selesai ngobrol di hape, mataku langsung menyala kencang, tidak bisa diajak merem lagi, karena aku juga deg-degan, apakah anakku juga demikian. Setelah agak lama, aku pura-pura banding-bandingin tanganku ke dia, mirip apa tidak, tangan kiriku dengan tangan kanannya. Tapi ndak ada apa-apa, kemudian dengan alasan harus sama membandingkannya, aku minta tunjukkan tangan kirinya sambil meraihnya. Apa yang aku lihatt....??? Ternyata benar....penuh goresan di tangannya bagian dalam...., hatiku hancur...tapi kukuatkan pura-pura nanya, goresan apa ini?. Akhirnya dia nangis, bilang bahwa kakak selama ini tidak happy, kakak semakin nakal, kakak mengecewakan mama, nilai kakak jatuh.

Kapan mulai gores-goresnya Nak..? Sejak awal 2015. Ketika mama masih di Palembang? Ndak.. sejak mama bolak balik Palembang Medan. Terakhir kapan? waktu kakak tidak lulus masuk SMA yang diharapkan. Setelah itu? Kakak sadar Ma, akhirnya kakak buang itu alatnya. Apa alatnya? #gak tau namanya, gak bisa jelaskan, benda kecil tapi bisa melukai# Gimana rasanya ketika gores Nak? Sakit Ma, tapi kakak tahankan. Kakak sambil nangis goresnya? Iya Ma. Gimana goresannya dan berapa lama hilangnya? Awalnya goresannya merah trus 4 hari merahnya hilang tinggal bekasnya. Kakak tau darimana itu #jalan keluar ada masalah dengan gores-gores? Gak ada Ma.

Tapi setelah kutanya macam-macam, gaya penyidik dengan jabatan emak, meskipun belum sepenuhnya keluar semua informasi, masih diperlukan satu atau dua ronde lagi penyidikannya, kusimpulkan bahwa gores-gores ini sudah menjalar ke anak-anak yang baru mentas menuju masa tanggung lewat medsos. Karena salah satu infonya, "teman kakak bisa berhenti, kenapa kakak nggak" #info lewat medsos, "kayak-kayak itulah Ma anak-anak bunuh diri" ohemji...ngeri amat sekarang ini kehidupan anak-anak, terracuni karena medsos #kesimpulanku sendiri# Dan umumnya anak-anak yang melakukan demikian, anak dari keluarga broken home, anak-anak dengan nilai jatuh, yang putus cinta dan yang merasa kesepian meskipun banyak teman #itu info dia yang dia tahu dari teman-temannya di medsos#, meskipun memang ada anak-anak yang kuat, tidak terpengaruh dari dampak medsos.

Interogasi dengan cara halus masih berlanjut disertai dengan linangan airmata emak dan anak, emak sedih karena kog bisa ya anakku jadi seperti ini, ternyata aku kurang perhatian ke anakku, sehingga gak tau masalahnya. Masalah dipermukaan tau,menjustifikasi anak dengan: keras kali hatinya, gak bisa diatur, mau-maunya sendiri dll dll yang negatif. Anak berurai airmata karena akhirnya bisa keluar uneg-unegnya selama ini, bisa ditumpahkan ke emaknya. Selama ini kalau diajak ngobrol heart to herat diselingi nasehat dan tanya masalah yang dihadapi, taunya diaaaaammmm membisu dengan muka "mengeras" terkadang diselingi air mata. Kalau sudah seperti itu, tanduk emak yang keluar #duhh..menyesal#

Akhirnya kita ngobrol semua masalah yang ada, keingintahuannya tentang masa lalu keluarga besar, gimana mamanya dulu, kenapa sepupunya yang liburan kemarin juga gores-gores tangannya, ingkar janji ke teman karena menceritakan ke mamanya rahasia keluarga temannya #sudah janji ke temannya tidak akan cerita, eh cerita juga ke emak# tetap dengan linangan air mata.. Disela-sela cerita, saya peluk-peluk dan ciumin dia sambil berurai air mata...ahh...anak gadisku, maafkan mama Nak, sampai kamu harus mengalami "sakit" seperti ini karena mama, tidak memberi perhatian, sibuk bekerja, terkena marah mama yang dari kantor terbawa ke rumah #pengakuannya#, menuntut menjadi anak terbaik #ini sih menurut dia#, sementara yang kuminta dia hanya belajar, mandiri, jangan malas, that's all, ehh..bantu mama beresin rumah deng dan cepat bangun tidur...
Baru kali inilah ketika kupeluk dia juga membalas pelukanku dengan erat dan lama, selama aku memeluknya, biasanya, kalau dipeluk dan dicium ngomongnya "udahlah Ma...".

Sembari memejamkan mata mau tidur, aku tetap tidak habis pikir dan menyesali diri sendiri, kenapa ini bisa terjadi. Tapi syukurlah aku tau, dan bisa merubah diri membangun relasi yang lebih baik dengan anakku.
#aku mencoba untuk tidak sesedih tadi malam ketika menuliskan ini#

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun