Mohon tunggu...
Desi Handayani Sagala
Desi Handayani Sagala Mohon Tunggu... Editor - Gov Public Relations | Social Causes Enthusiast

Seorang Praktisi Kehumasan Pemerintah yang mencoba menerangkan isu-isu kebijakan yang berkaitan dengan dampak sosial sekitar berdasarkan pengalaman dan pengamatan lewat tulisan dari kaca mata individu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Profesi PNS di Mata Generasi Millenial

8 Maret 2018   12:37 Diperbarui: 8 Maret 2018   13:12 3312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalian kerjannya nyantai-kan ya, bisa keluar-keluar di jam kerja, tetap digaji meskipun gak kerja, gak usah masuk juga gaji tetap mengalir, enak ya, siapa yang gak mau kalau kerjaannya nyantai gitu"

Sindiran yang pedas itu dilontarkan salah satu teman sesama generasi millenial beberapa bulan lalu. Sederhana sih tapi kalimat itu mengandung kata-kata dahsyat yang sejenak merongrong mental saya sebagai pendengar.

Tapi saya hanya bisa membalas deretan kata itu dengan diam, bukan karena sepenuhnya yang ia sampaikan tepat, tetapi karena banyak hal dalam birokrasi yang tidak terlisankan dengan kata-kata, selain dialami sendiri. 

"Lebih baik sebelum mengambil kesimpulan yang hanya berdasar asumsi belaka, masuk saja ke birokrasi, dan alami sendiri, jika memang merasa ada yang tidak beres, ayo kita perbaiki, bukankah tugas kita sebagai generasi muda, kaum terdidik yang harusnya tidak hanya cerdas mengkritik, tetapi mau terlibat dan memperbaiki," balasku dalam hati.

Kritikan itu tidak serta merta saya tolak, ya karena memang harus diakui sebagian perangkat birokrasi di Republik ini masih memenuhi unsur negatif itu. Hal itu bisa dilihat dari pemberitaan media massa yang masih banyak menyoroti kelemahan profesi PNS yang sekarang diubah nomenklaturnya menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Entahlah, sepertinya profesi ini banyak dapat cibiran sekaligus paling diinginkan. Terbukti dari antusiasme masyarakat kita setiap Pemerintah membuka Seleksi Penerimaan CPNS. Misalnya ketika Seleksi CPNS 2017 yang mengundang jutaan anak bangsa untuk berbondong-bondong mencari peruntungan dalam kompetisi ini. 

Dalam satu pengalaman berbincang dengan calon peserta seleksi CPNS 2017 yang usianya tidak jauh beda dengan saya, berkategori Millineal. "Boleh tau gak mbak kenapa memilih berkecimpung di birokrasi?" tanyaku.

Sambil senyum simpul ia menjawab "Orang tua saya pengen saya jadi PNS mbak, itu salah satu cita-cita mereka, lagian di swasta juga capek banget kerjaanya, kalau jadi PNS kan masa depannya terjamin tuh, ada pensiunnya lagi, jadi gak perlu khawatir kalau masa tua nanti, biar orang tua saya bangga juga" jelasnya.

Mendengar penjelasan itu membuat saya terdiam, lalu berpikir, apa iya kebanyakan alasan orang-orang menjajaki profesi ini hanya untuk mengejar sebuah "kenyamanan" dan yang membuat kalimat itu terdengar lebih miris karena dilontarkan oleh salah satu penerus Bangsa ini. 

Di sisi lain ada juga anak muda seusia saya yang tidak ingin masuk ke dunia birokrasi. Alasannya karena profesi ini dianggap terkenal dengan stigma miringnya. Selain itu besaran penghasilan yang diterima PNS juga menjadi salah satu pertimbangan dan khawatir jika masuk ke dalamnya tidak akan berkembang. 

Kedua paradigma kontra itu tidak bisa diabaikan begitu saja. Indonesia yang akan didominasi oleh generasi muda akibat bonus demografi tidak bisa menganggap ini sebagai permasalahan sosial biasa. Jika Pemerintah menginginkan reformasi birokrasi yang seutuhnya, penataan manusia di dalamnya sangat menentukan, bukan hanya pada saat sistem rekrutmennya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun