Mohon tunggu...
Dea Romadhoni
Dea Romadhoni Mohon Tunggu... Atlet - perempuan

dea romadhoni mahasisiwa stai al anwar

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Sudahkah Kita Temukan Sesuatu dalam Diri Kita?

27 Agustus 2020   12:28 Diperbarui: 27 Agustus 2020   12:34 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau belum, maka temukanlah. Banyak orang diantara kita yang mencari-cari dirinya kesana-kesini namun, siapa dirinya dan apa kemampuannya, apa bakatnya dimana jati dirinya. Banyak orang yang sekolah tinggi dan terus dia kejar prestasi tapi setelah selesai dia bingung pada dirinya sendiri. Buat apa sekolah kalau ujung-ujungnya hanya diam berpangku tangan. Banyak di Indonesia sarjana-sarjana numpuk dan pengangguran. Mengapa seperti itu ? karena mereka belum menemukan diri mereka sendiri.

Padahal kita sebagai manusia hakikatnya sudah diberikan bakat dan kecenderungan oleh Allah SWT. Namun banyak dari kita yang tidak menyadari itu. Saat ini sudah waktunya kita menggali sendiri dan mengembangkan diri kita sendiri. Seperti yang dikatakan oleh cak Nun (Emha Ainun Najib) bahwa seseorang itu sudah memiliki bakat sejak lahir. Bahwa semua itu adalah fadhilah. Dari mana kita tahu bakat itu ada pada kita ? dengan melihat kesenangan yang ada dalam diri kita.

Misalnya kita senang pada kopi, lanjutkan cobalah menjadi tukang kopi atau penjual kopi atau pengracik kopi. Tekuni hal itu sampai kita benar-benar mahir dan menjadi ahli padanya. Tapi bukan semua hal yang kita senangi akan menjadikan kita sebagai seseorang yang harus mahir dengan itu. Karena tidak semua hal yang kita inginkan pun dapat terjadi kecuali dengan kehendak Allah SWT. Karena Allah lebih tahu yang terbaik untuk hambanya. Profesi dari bakat apa yang pantas dan cocok untuk kita. Atau bahkan hal yang memang tidak kita senangi tapi terjadi pada kita, dan menuntut kita untuk bertahan. Dari hal itu juga kita juga bisa memulai mencintai profesi walau tidak berdasarkan kesenangan.

Banyak orang dari kita termasuk penulis juga merasakan bagaimana sulitnya menekuni bakat. Lalu bagaimana solusinya ? tak perlu muluk-muluk kita lakukan. Cukup selangkah-selangkah kita maju dan terus melangkah jangan sampai berhenti dan jalan ditempat. Meski hanya satu centipun kita harus tetap melangkah. Misalnya kita ingin menjadi seseorang yang pandai dalam bidang tulis menuis.

Cukup kita lekatkan saja bokong kita beberapa jam kedepan untuk menatap layar dan mulai berkarya. Hal seperti itu perlu kita lakukan setiap hari meski hanya beberapa menit. Hal ini adalah teori dari Einstein. Ketika ada seseorang bertanya pada Einstein bagaimana caranya mahir dalam matematika. Dengan santainya Einsten menjawab. "Beli lem lalu tempelkan pada kursimu dan kamu duduk diatas kursi itu." semua butuh ekstra bukan hanya kesenangan yang berpotensi berat-berat saja yang butuh ekstra tapi, semua profesi dari bakat-bakat yang kita miliki.

Memang tekun dan istiqomah itu sangat diperlukan untuk menjikan kita sebagai pakar. Gagal sudah biasa, tapi kalau terperosok kedalam jurang kalau bisa jangan terulang kembali.

Penulis pernah mendengar ceramah dari pengasuh pondok pesantren al-Anwar 3 sarang, Rembang, Jawa Tengah (putra ke lima dari KH. Mimoen Zubair) bilau adalah Dr. KH. Abdul Ghafur Mimoen,M.A.,  Beliau mengatakan bahwa seorang muslim itu sepatutnya tidak terperosok kedalam lubang  yang sama dua kali.  Cukup satu kali saja dan menjadi perbaikan kedepannya. Karena tipe mukmin itu mampu belajar dari kesalahan masa lalu. Banyak sekali orang-orang besar yang mungkin telah menjadi motivator kita untuk terus bangkit. Banyak dari orang-orang besar yang jatuh berkali-kali diremehkan berkali-kali  dan sakit berkali-kali.  Tapi mereka punya mimpi, mereka punya konsistensi, dan belum dikatakan totalitas kalau mereka belum sampai pada tujuan mereka.

Jadi, mari kita temukan bakat dalam diri kita lewat kesenangan-kesenagnan yang ada dalam diri kita. Kecuali kesenangan itu yang bersifat maksiat, harus diajauhi dan temukan himmah yang sesungguhnya yang diberikan oleh Allah SWT. Terus berlatih dan istiqomah agar kita menjadi pakar dan menemukan intan pada leher kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun