Mohon tunggu...
Dea Romadhoni
Dea Romadhoni Mohon Tunggu... Atlet - perempuan

dea romadhoni mahasisiwa stai al anwar

Selanjutnya

Tutup

Nature

Seberapa Kepekaan Kita terhadap Hutan Indonesia?

13 Juli 2020   14:23 Diperbarui: 13 Juli 2020   14:19 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Paru-paru dunia. julukan negara Indonesia ini mungkin sudah tidak pernah didengar atau tidak lagi dinobatkan oleh dunia. Indonesia yang dulu dikenal sebagai salah satu organ penting penopang kehidupan sudah terserang penyakit kronis. Paru-paru yang menjadi fungsi sebagai alat pernafasan dan berfungsi menyaring kualitas udara. Tapi bagaimana jika beberapa bagian paru-paru terkena penyakit,  apakah masih dapat berfungsi sesuai fungsinya ?.

Istilah paru-paru dalam lingkup lingkungan hidup atau bumi adalah karena kehijauan suatu tempat. Karena hijaunya suatu tempat itu jelas didominasi oleh berbagai tumbuhan yang dapat menjadikan udara bersih dan bebas polusi. Julukan paru-paru dunia itu kian menjauhi Indonesia. Bagiamana tidak, hampir semua daerah hijau terutama hutan-hutan kini hampir habis ditelan manusia. Pemukiman setiap harinya selalu bertambah, orang-orang superior terus membangun aset-aset dan merambat hingga wilayah pedesaan hingga hutan. Pohon-pohon ditebang begitu saja tanpa memperhatikan timbal baliknya. Keserakahan manusia kian menjadi, dan ganti rugi jarang sekali diberikan.

Pada zaman dulu, sekitar lima puluh tahun lalu. kebutuhan manusia akan kayu masih sekedar kebutuhan pokok seperti bahan pembuatan rumah, kayu bakar dan lain-lain. Tapi semakin tahun semakin manusia mengerti bagaimana pemanfataan kayu.

Manusia mulai menebangi pohon sesuka hati mereka tanpa belas kasih. Pohon-pohon yang digunakan sebagai rumah bagi hewan-hewan hilang. Perburuan liar menjadi semkin mudah dan kepunahan hewan terlihat jelas didepan mata.

Penebangan pohon yang dulu masih dengan kapak kini berubah dan dipermudah dengan gergaji mesin. Penebangan pohon yang dulu hanya bisa diangkut dengan sepeda motor dan hanya mampu mengangkut satu dua kayu berukuran kecil. Kini sudah dipermudah dengan tranportasi berat yang mampu menjangkau wilayah terjal, yang mampu membawa berbagai macam ukuran kayu dengan jumlah banyak.

Keserakahan itu rupanya juga tidak hanya dialami oleh orang-orang superior. Tapi penduduk desa juga mulai menampakkan keserakahannya. Lahan-lahan pertanian yang dulu hanya berada disekitar perkampungan semakin merambat kehutan-hutan. Pohon-pohon yang telah ditebang habis bukan malah di reboisasi, tapi malah menjadi daerah peluang untuk dijadikan ladang.

Bukan sekedar itu saja, memang benar jika orang Indonesia banyak melakukan penyelewengan terhadap apa yang dititahkannya. Terlihat dari orang-orang yang mendapat wewenang dan kepercayaan dari negara yang  seharusnya menjaga dan mengamankan kelestarian hutan malah menjadikan wilayah yang sudah gundul dibeli oleh orang-orang superior.

Mereka yang seharusnya menyadarkan penduduk dengan ajakan menanam kembali pohon malah sebaliknya. Wilayah-wilayah itu juga dijadikan sebagai lahan perkebunan yang hanya menguntungkan beberapa pihak. Jikalau tidak diserahkan dengan syarat pada orang-orang superior, dibeberapa tempat juga menekan para petani dari ladang bekas hutan itu. Tanpa memberi kesadaran dengan mengajak kebaikan tetapi upeti malah diberlakukan sebagai ganti dari lahan tersebut.

Banyak sekali oarang yang lupa bagaimana hukum tuhan akan jatuh. Ketika bumi dirusak timbal bailk bagi perusak bumi akan jelas kedatangannya. Semua itu sudah terbukti disana-sini. Hutan-hutan yang gundul menjadi satu kerugian yang luar biasa.

Berbagai macam bencana alam silih berganti menampakkan kebolehannya. Tanah longsor, banjir, kekeringan dan masih banyak lagi. semua ini tugas kita semua, sebagai bangsa, sebagai manusia, sebagai sahabat alam. satu sama lain antara orang biasa orang yang berwewenang dan orang-orang yang serba bisa harus saling mengingatkan satu sama lain.

Memang kekayaan alam ini diberikan oleh Tuhan karena untuk dimanfaatkan. Tapi bukan berarti keserakahan harus menjadi keutamaan. Bumi yang semakin tua, akan semakin nampak ketuaanya dengan perhiasan yang semakin habis dimakan manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun