Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Seharusnya Dilakukan Seorang Kristen Saat Kandidatnya Kalah dalam Pemilihan?

10 Desember 2020   09:20 Diperbarui: 12 Desember 2020   20:53 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: Boneng the Great via FOCUS (olah pribadi)

Tidak ada yang mampu memecahbelah seperti politik, karena tidak ada yang mampu mampu memecahbelah seperti ketakutan. Tapi apa sebenarnya yang kita takuti dalam konteks pemilihan?

Jawabannya sama untuk semua orang di tingkat makro: kita takut kehilangan. Kita takut kehilangan kendali, keamanan, kekuasaan, kesempatan, status, hak, kebebasan. Bendera politik yang sebelumnya menang takut dengan apa yang mungkin terjadi. Sedangkan bendera yang baru menang takut dengan apa yang telah terjadi dan apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Kita semua takut akan hal yang tidak diketahui. Dengan iklan politik yang menjajakan rasa takut sepanjang waktu, kita berkumpul di sudut politik masing-masing.

Tetangga memisahkan diri dengan tanda batas halaman. Keluarga terpecah atas laporan politik, faktual atau tidak. Dan jemaat gereja menemukan diri mereka terpecah garis partai, di dalam dan di luar tembok gereja.

Tak satu pun dari perpecahan ini menyenangkan, tetapi kurangnya persatuan di antara orang-orang Kristen sangat merepotkan. Rupanya, Yesus melihat hal ini jauh sebelum hari ini. Bukan pemilihannya, tapi perpecahannya. Bahkan, Yesus menjadikannya sebagai pokok doa setelah makan makanan terakhir-Nya dengan murid-murid.

Yesus akan segera disalibkan, namun Dia sangat memperhatikan persatuan di antara para pengikut-Nya. "Bapa yang kudus, lindungi mereka dengan kekuatan nama-Mu, nama yang Kau berikan pada-Ku, agar mereka menjadi satu karena Kita adalah satu. Doa-Ku bukan untuk mereka sendiri. Aku juga berdoa bagi mereka yang percaya kepada ajaran-Ku melalui pesan mereka agar mereka semua menjadi satu. "

Pada abad pertama, "semuanya" berarti Yahudi dan bukan Yahudi, kaya dan miskin, budak dan orang merdeka, pemungut pajak dan mereka yang dipungut pajak, yang terpelajar dan yang tidak berpendidikan. Semua orang. Di abad ke-21, itu berarti koalisi dan oposisi, yang memiliki hak istimewa dan kurang mampu, Independen, yang ragu-ragu, golput, Hitam dan putih, menikah, lajang dan bercerai. Muslim, Budha, Hindu, konghuchu, Yahudi. Semua orang!

Dalam percakapan dengan murid-murid-Nya, pada dasarnya Yesus berkata, "Lihat, Aku akan pergi. Berikut satu hal yang Aku tidak ingin kalian lupakan: Aku memberi mu perintah baru untuk mengganti semua perintah lainnya, dan itu sangat sederhana. Mencintai satu sama lain. Karena Aku telah mencintaimu, kamu juga mencintai satu sama lain. " Yesus berkata bahwa dunia akan tahu bahwa mereka adalah pengikut Tuhan melalui cara mereka saling mengasihi. Dia tidak merindukan para pengikut-Nya bersatu dalam politik atau topik pembicaraan kampanye, hanya dalam kasih.

Kenapa kita sebagai pengikut Tuhan membiarkan diri kita terpecah oleh sistem, pemimpin, atau platform politik sementara?

Kandidat politik mu akan menang atau kalah berdasarkan bagaimana perhitungan suara kemarin. Tetapi gereja menang atau kalah, komunitas menang atau kalah --- dan dalam beberapa hal bangsa kita menang atau kalah --- berdasarkan bagaimana kita saling mencintai. Itulah mengapa Yesus berkata bahwa kita tidak boleh membiarkan apapun atau siapa pun memecah belah kita. Saat kita mempertimbangkan kandidat dan kebijakan, ada satu pertanyaan yang tidak boleh diabaikan oleh kita dalam pengambilan keputusan: "Apa yang dituntut oleh kasih dari kita?"

Saya punya dua saran untuk orang Kristen selama hari-hari sebelum dan sesudah pilkada ini. Pertama, berdoa seperti Yesus berdoa. Mari berdoa untuk kesatuan di antara sesama warga. Kedua, temukan cara untuk mencintai seseorang yang tidak kamu setujui secara politis. Dengarkan, pelajari, dan kasihi mereka tanpa syarat.

Jika anda berpikir, "Yah, saya bahkan tidak mengenal siapa pun yang tidak saya setujui secara politik," itu masalah. Bolehkah saya beri sedikit dorongan? Mungkin itu sebabnya anda begitu yakin bahwa anda benar. Jika anda berpikir, "Saya tidak mengerti bagaimana orang bisa percaya konsep itu," maka anda baru saja membuat pengakuan. Ada sesuatu yang tidak anda pahami, dan anda dapat mencari penjelasan. Saya mengundang anda untuk mencari kesempatan untuk mengasihi tanpa syarat seseorang yang tidak anda setujui secara politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun