Mohon tunggu...
Davin Evan B
Davin Evan B Mohon Tunggu... mahasiswa FTK

menyenangi dunia teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sejarah Aktifitas Lempeng Tektonik di Sulawesi

15 April 2024   12:45 Diperbarui: 15 April 2024   12:49 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Perkembangan tektonik di Pulau Sulawesi dan sekitarnya sangat dipengaruhi oleh aktivitas tektonik Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia yang terletak di sekitarnya. Pengaruh ini muncul sejak zaman Mesozoikum, ketika beberapa mikrokontinen terbentuk di tepian Benua Australia setelah pecahnya bagian barat laut Australia. Mikrokontinen—Mikrokontinen bergerak ke arah Sulawesi melalui mekanisme transformasi sesar hingga bertabrakan dengan Busur Sulawesi. 

Di bagian timur bagian utara, karena gerakan Lempeng Australia ke utara dan Lempeng Pasifik ke barat, terbentuk sesar transformasi mengiri yang membawa mikrokontinen ke arah Sulawesi hingga bertabrakan dengan Busur Sulawesi yang terjadi pada dasar Laut Sulawesi memengaruhi perkembangan tektonik lengan utara Sulawesi juga. Sebaliknya, tepian Benua Eurasia di sebelah barat Sulawesi memecah pada Eosen Tengah, menyebabkan pembukaan Selat Makassar. Namun, diduga bahwa mulai pasca Miosen hingga saat ini, wilayah ini mengalami fase kompresi, yang menghasilkan dua lajur lipatan, yang menyebabkan sesar naik di Sulawesi Barat. 

Sulawesi berada di sebelah barat Lempeng Pasifik, di sebelah barat laut Lempeng Indo-Australia, dan di sebelah timur Lempeng Eurasia. Oleh karena itu, berbagai macam mekanisme pergerakan lempeng, termasuk lempeng pengapitnya, memengaruhi evolusi tektoniknya. Sejarah tektonik Sulawesi sangat terkait dengan peristiwa tektonik di seluruh wilayah Sulawesi dan di bagian lokalnya. Peristiwa ini termasuk rotasi dasar laut Sulawesi dan pemekaran Selat Makassar, serta peristiwa tektonik di wilayah timur Sulawesi, yang mencakup Banggai, Sula, Kendari, Muna, dan Buton. Penulisan ini menggabungkan data geologi regional yang telah dikumpulkan oleh para peneliti sebelumnya dengan data lokal yang dikumpulkan oleh penulis dari berbagai lokasi di Sulawesi Barat (Majene dan sekitarnya), Sulawesi Utara (Tilamuta dan sekitarnya), dan Sulawesi Timur (Batui dan sekitarnya).

Persitiwa tektonik berikut berkorelasi erat dengan sejarah tektonik Sulawesi: (1) Tunjaman Paleogen (2) Tektonik Ekstensi Mesozoikum (3) Tunjaman Neogen (4) Tunjaman Kapur (5) Tunjaman Ganda Kuarter. hal ini memang sangat erat dalam proses sejarah tektonik sehingga perlu adanya pemahaman yang nantinya digunakan dalam penelitian selanjutnya.

Tunjaman Paleogen

Gerakan mikrokontinen-mikrokontinen ke barat laut akhirnya mengganggu kompleks tunjaman di Sulawesi Timur, yang menyebabkan penunjaman kedua di Sulawesi. ZonA Tunjaman Kapur diaktifkan kembali selama Oligosen Tengah, seperti yang ditunjukkan oleh kompleks ofiolit di lengan timur. Menurut Simandjuntak (1980), batuan gunungapi berumur Paleogen di Lajur Magmatik Sulawesi Barat dan ofiolit di Lajur Ofiolit Sulawesi Timur diduga terbentuk secara bersamaan dan beruntun. Otolit Samudera Hindia mengambil tempat di tepian kontinen Sulawesi Barat pada akhir Oligosen, di mana Sulawesi Timur terbentuk (Hall, 1996). 

Namun, menurut Milsom, dr. (2000), ada sedimen laut yang diketahui berumur Trias Akhir - kapur - di bawah tutupan ofiolit yang terletak mendatar. Oleh karena itu, dia percaya bahwa obdaksi ofiolit terjadi pada Eosen- Oligosen Awal.

Lebih lanjut, menurut Milsom dr. (2000), Buton, Buru, Seram, dan Sulwesi Timur dianggap sebagai bagian dari satu mikrokontinen besar. Mikrokontinen ini terpisah dari Australia pada Jura dan menumbuk tepian benua Eurasia, membentuk orogen Sulawesi pada Oligosen.

Tektonik Ekstensi Mesozoikum

Pada zaman Mesozoikum, tepatnya di sebelah tenggara Sulawesi, thermal doming pada Permo-Trias menyebabkan pemekaran (rifting) di bagian barat-laut tepian Australia. Ini menyebabkan pecahan benua Australia yang kemudian bergerak ke arah baratlaut dan membentuk mikrokontinen di daerah Laut Banda (Pigram dan Panggabean, 1984), termasuk Mendala Banggai – Sula, Mendala Tukangbesi – Buton, dan Mendala Banggai – Sula. 

Tunjaman Neogen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun