Utang atau meminjam uang dalam waktu tertentu, sebetulnya hal yang biasa saja. Hampir semua orang pernah berutang. Entah secara pribadi atau secara korporasi. Bahkan negara pun punya utang.Â
# Alasan berutang
Seseorang umumnya berutang karena situasi yang mendesak atau terpaksa. Misalnya ada keluarga yang mendadak sakit dan dirawat di rumah sakit. Pembayaran tentu tidak bisa utang ke pihak rumah sakit, malah seringkali harus menyetor deposit sebelum perawatan medis dilayani.
Ada orangtua yang terpaksa berutang karena harus membayar uang sekolah anak atau uang kuliah anak, karena penghasilan yang didapat tidak sesuai harapan. Sekolah anak tentu jadi prioritas kebanyakan orangtua. Mau tidak mau orangtua akan mencari pinjaman alias utang. Ini sangat bisa dimaklumi.
Karena alasan-alasan itu pula, pihak yang dimintai tolong meminjamkan uang menjadi luluh dan mau menolong. Namun tidak jarang orang yang meminjam uang hanya menggunakan alasan tersebut agar dikasihani dan dipinjami uang. Padahal uangnya digunakan untuk hal lain, misalnya membeli baju baru, jalan-jalan, atau bahkan berjudi.
# Pemberi pinjaman sering dikecewakan
Seringkali orang yang sudah niat membantu, Â tapi orang yang sudah kita berikan hutang malah mengecewakan. Dan celakanya ini pelakunya biasanya saudara, keluarga, juga teman kita sendiri.
Saat meminjam akan datang dengan kondisi sangat memelas. Lalu kita luluh menolongnya, pun biasanya pinjaman diberikan tidak dengan surat perjanjian, juga tidak ada saksi.
Susah sekali menagih utang. Jangankan menagih, menanyakan pun seringkali tidak enak. Kita sering mengharapkan pihak yang berhutang yang aktif berkomunikasi, misalnya sekedar memberitahu, mohon maaf belum bisa melunasi tepat waktu. Atau baru mampu melunasi sebagian.
Jika ini dilakukan, maka sedikit terobatilah perasaan si pemberi hutang. Kan tidak mungkin dia yang menanyakan secara aktif, apalagi biasanya pinjaman uang seperti ini tidak ada bunga nya. Berapa dipinjam segitu pula dikembalikan.Â
Namun yang terjadi biasanya si peminjam uang akan menghilang begitu saja. Sulit dihubungi, ganti nomor hp, susah ditemui. Ini yang membuat pemberi hutang semakin kesal. Namun tidak bisa berbuat banyak, hanya akhirnya kecewa dan gigit jari. Lalu lebih menyakitkan lagi kita melihat media sosial si peminjam uang, baru pergi jalan-jalan, makan di restoran.