Saya sendiri sangat menikmati, walau sering kehabisan seat, dan harus menonton streaming youtube atau sekedar versi rekamannya. Ternyata webinar ini yang tadinya sifatnya ekslusif, saat ini sudah merakyat.Â
Apalagi webinar ini bisa juga dengan smartphone, tidak harus dengan laptop. Semakin banyak masyarakat 'melek' untuk memanfaatkannya.Â
Banyak pengetahuan yang didapatkan meskipun hanya mendengarkan, tidak ikut bertanya atau diskusi. Ini hal yang sangat positif dalam membumikan pengetahuan para pakar tadi, berbagi pada awam seperti saya ini.
Perlunya sinergi dengan kehumasan
Gaya komunikasi seorang sarjana teknik tentu sangat berbeda dengan sarjana ilmu komunikasi. Ini pula mengapa orang-orang yang bekerja dibidang kehumasan, biasanya berlatar belakang ilmu sosial. Cara mereka berkomunikasi ke publik biasanya lebih gamblang.Â
Untuk itu rasanya perlu sinergi, jika memang peneliti tidak bisa menyampaikan sebagus cara penyampaian bagian humas. Maka boleh lah, hasil penelitian tadi dikemas dan diedit sedemikian rupa oleh bagian humas misalnya. Bahkan dibuatkan infografis misalnya.
Ini menjadi salah satu cara yang efektif. Untuk cara lain, bisa juga dengan pelatihan-pelatihan teknik menulis populer, yang banyak diselenggarakan oleh media massa. Ini tentu akan mengasah kemampuan akademisi atau peneliti untuk menulis dengan gaya wartawan. Renyah dan mudah dipahami pembaca.
Berbagi pengalaman berharga menulis artikel 'ilmiah populer'
Terbit pada jurnal internasional ataupun jurnal nasional, tentu menaikkan gengsi dari penulisnya, diantara sesama peneliti. Namun, akan lebih besar lagi gaungnya jika dikomunikasikan pada masyarakat awam.Â
Masyarakat juga tentu ingin mendapat tambahan wawasan dari kepakaran para cendikia Indonesia, para doktor dan master. Tanpa niat menggurui, marilah para peneliti beramai-ramai menulis juga untuk masyarakat umum.Â
Misalnya menulis di media cetak/surat kabar, majalah-majalah, media international. Bahkan pada kompasiana ini pun bisa, dengan versi sederhana tentunya. Hehe
Saya ingin berbagi mengenai pengalaman pertama kali mengirim tulisan di www.theconversation.com. Dengan beberapa revisi redaksional bahasa, agar lebih sederhana, akhirnya tulisan itu bisa terbit.Â
Menariknya Jakarta Post yang terkenal 'susah' menembusnya, pun berkenan untuk me-republish di websitenya. Tepat pada momentum perayaan hari Bumi 'Earth Day' 24 April 2020 lalu. Loh, kok ada bumi-bumi nya juga ya. Masih nyenggollah dengan judul tulisan ini. Hehe