- Dengan pengalaman menulis artikel populer, peneliti terlatih mengkomunikasikan temuan nya pada publik dengan bahasa sederhana;
- Tulisan itu menjadi arsip digital yang akan 'abadi'. Tulisan ini tidak akan lapuk selayaknya skripsi yang dijilid dan disimpan di perpustakaan;
- Mendapat tanggapan dari peneliti lainnya yang sebidang, namun dari sudut pandang berbeda. Misalnya riset mobil listrik, diberi masukan oleh peneliti baterai bahwa akan bisa efisien jika menggunakan metode yang dikembangkannya;
- Mendapat tanggapan dari peneliti lainnya yang tidak sebidang keilmuannya, misalnya riset bensin nabati, diberi 'masukan' oleh peneliti bidang pertanian, bahwa misalnya kebutuhan tebu sebagai bahan mentahnya akan berkompetisi dengan kebutuhan gula;
- Mendapat perhatian dari lembaga Pemerintah. Berita-berita atau tulisan di media massa juga dibaca oleh pegawai Pemerintahan. Misalnya hasil riset seorang anak asal Aceh, pada Mei 2017, yang menemukan cara menyalakan lampu dengan listrik dari pohon kedondong. Karena mencuat di media massa, mendapat perhatian dan diundang ke Jakarta oleh Menteri ESDM, Jonan Ignatius.
 - Mengubah paradigma masyarakat. Misalnya riset pemanfaatan energi terbarukan yang saat ini masif dan murah, akan mengkoreksi pemikiran masyarakat yang selama ini diberi informasi bahwa energi terbarukan mahal dan tidak mungkin. Sehingga akan ada gerakan masif yang mendukung energi terbarukan secepatnya dikembangkan.
- Menjadi terkenal. Tentu tulisan populer itu memuat nama penulisnya. Topik penelitian nya menarik, dan jutaan masyarakat Indonesia membacanya, atau masyarakat internasional membacanya, maka terkenal lah sang peneliti. Bisa jadi, peneliti akan diundang menjadi pembicara pada forum-forum terkait risetnya;
- Peluang mendapatkan pendanaan. Para investor, yang mungkinjadi pembaca, tentu akan tertarik mendanai pengembangan lebih lanjut suatu hasil riset menjadi produk komersil. Prototype yang diteliti mati-matian itu bisa diproduksi massal untuk dipasarkan pada publik.
- Hal lain nya adalah manfaat ekonomi. Jika menulis di media terkenal, bisa memperoleh honor penulis. Kalau di kompasiana ini, mungkin sejenis K-Rewards lah ya. Hehe
Mendadak ramai Webinar! Bagus juga untuk membumikan penelitan tadi
Pada bulan puasa kemarin, saya hampir tiap hari mendapat undangan menjadi peserta webinar. Wow, sesuatu yang tidak terjadi sebelum pandemi Covid-19. Apalagi webinarnya gratis dan terbuka untuk umum. What a blessing in disguise.
Para ahli-ahli yang berkenan membagikan ilmunya pada webinar-webinar tersebut patut diapresiasi.Â
Misalnya ada webinar mengenai review penanganan pandemi Covid-19, webinar bagaimana menghadapi masa PSSB yang diisi oleh psikolog; webinar teknologi energi terbarukan yang diisi para akademisi, perwakilan Pemerintah, dan praktisi; dan webinar-webinar dengan topik lainnya. Keren. Terimakasih untuk panitia penyelenggara. Hehe