Mohon tunggu...
Davian Atharizz Octavio
Davian Atharizz Octavio Mohon Tunggu... Digital Business Marketing Enthusiast | High School Student | Head of Student Representative Council 2024-2025

I am a highly motivated high school student with a strong passion for sales, digital marketing, and leadership. I currently manage Dove Studio, a digital business where I focus on strategy and online sales. I was honored to receive the “Best Financial Management” award at the Prestasi Junior Student Company Beyond academics, I actively contribute to school organizations. I serve as the Head of the Student Representative Assembly (MPK) at SMAS Labschool Cibubur and as a steering committee member of our school’s art performance event, Cravier. I enjoy leading teams, organizing events, and continuously challenging myself to grow both personally and professionally.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dibalik Kaya Instan dari Crypto & Saham : Kenapa Banyak Gen Z Justru Merugi?

1 Oktober 2025   10:51 Diperbarui: 1 Oktober 2025   10:51 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Investasi bisa bikin cepet kaya" Ucap si Gen Z yang FOMO investasi. Di era digital yang serba cepat ini, generasi Z tumbuh dengan akses informasi yang tak terbatas di ujung jari mereka, di mana platform seperti tiktok, Instagram, dan Twitter telah berevolusi menjadi sumber "edukasi" finansial yang masif dengan timeline yang dipenuhi konten influencer memamerkan keuntungan investasi mencapai ratusan juta, Screenshot portofolio cryptocurrency/saham yang meroket, atau cerita sukses menjadi kaya raya dalam waktu singkat. Namun, di balik gemerlap kesuksesan yang di tampilkan di media sosial, tersembunyi sebuah fenomena berbahaya yang mengancam kesehatan finansial generasi muda. Fenomena FOMO yang diperingatkan OJK telah mendorong banyak Gen Z masuk ke pasar modal dan crypto tanpa pemahaman memadai, hanya karena takut tertinggal dari tren kaya instan yang dipamerkan teman atau influencer di media sosial. Alhasil, banyak yang berinvestasi tanpa analisis, terjebak dalam spekulasi layaknya perjudian, dan membentuk budaya "cepat kaya" yang berisiko merusak tabungan serta pola pikir finansial jangka panjang mereka.

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia : Tabel demografi investor pasar modal di 2024.
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia : Tabel demografi investor pasar modal di 2024.
Dengan data diatas, umur 13 hingga 28 tahun (Gen-Z) menduduki posisi pertama dalam investor individu namun dengan kuantitas individu yang banyak namun nilai aset yang paling rendah. Di balik angka dominasi tersebut, terdapat permasalahan mendasar yang perlu dicermati. Generasi muda memang lebih melek dan sadar investasi, namun keputusan investasi mereka tidak dibarengi dengan literasi keuangan yang cukup, sehingga rentan terhadap penipuan. Keinginan untuk mencapai kebebasan finansial di usia muda semakin kuat di kalangan Gen-Z, namun ada peringaran penting bahwa menjadi kaya dengan cepat sering kali hanya memberi kepuasan sesaat.

https://nftevening.com/84-percent-of-retail-crypto-traders-lose-money-in-their-first-year/?utm 
https://nftevening.com/84-percent-of-retail-crypto-traders-lose-money-in-their-first-year/?utm 

Fenomena "investasi viral" di kalangan Gen Z bukan sekedar tren sesaat ini adalah ancaman nyata terhadap kesehatan finansial generasi muda. Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia menunjukkan fakta yang memprihatinkan: Gen Z memang mendominasi jumlah investor pasar modal Indonesia di 2024, namun ironisnya memiliki nilai aset paling rendah dibanding generasi lain. Artinya, banyak yang masuk ke pasar, tetapi sedikit yang benar-benar menghasilkan keuntungan. Penelitian global mempertegas kekhawatiran ini. Dilansir oleh NFT Evening. 84% trader crypto pemula mengalami kerugian di tahun pertama mereka, dengan pengebab utama adalah riset yang buruk 55% dan FOMO 44%. Bayangkan seseorang menginvestasikan Rp5 Juta hanya karena melihat teman memposting keuntungan fantastis di media sosial, tanpa memahami fundamental aset, analisis teknikal, atau bahkan cara kerja instrumen investasi tersebut. Yang memperparah situasi adalah algortima media sosial secara sistematis menampilkan konten success story, menciptakan ilusi bahwa semua orang sedang meraih kesuksesan kecuali diri sendiri. 

Investasi dalam Cryptocurrency dan saham sejatinya bukan hal yang salah, yang menjadi masalah adalah ekspektasi tidak realistis dan mentalitas "cepet kaya" yang dipicy oleh konten media sosial yang menyesatkan. Gen Z memiliki potensi besar menjadi investor cerdas dengan akses informasi yang luas, namun potensi tersebut akan terbuang percuma jika tetap terjebak dalam siklus FOMO dan mengabaikan proses pembelajaran yang fundamental. Faktanya, investasi yang menguntungkan memerlukan riset mendalam, diversifikasi portofolio, perspektif jangka panjang, dan kesabaran untuk menuai hasil secara bertahap. Mungkin tidak semenarik konten viral di media sosial, tetapi strategi inilah yang menjamin keamanan finansial dan membangun fondasi ekonomi yang berkelanjutan untuk masa depan. Dari pada mengejar ilusi kekayaan instan yang berujung pada kerugian, Gen Z perlu mengubah mindset: Investasi adalah perjalanan panjang yang membutuhkan pengetahuan, disiplin, dan kematangan dalam mengambil keputusan finansial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun