Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rasulullah SAW sebagai Uswatun Hasanah dalam Berpolitik

19 November 2018   10:23 Diperbarui: 19 November 2018   10:26 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi orang-orang yang beriman, Rasulullah SAW adalah contog teladan (uswatan hasanah) dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam bermasyarakat dan juga dalam hal berpolitik tentuya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S Al Ahzab yang artinya "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Raslullh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allh (al-Ahzb/33:21)

Realitas bahwa manusia diciptakan Allah dengan segala perbedan-berbedaannya, seperti suku,kabilah, bangsa, dengan berbagai perbedaan yang melekat padanya, yang dihadapi oleh Rasulullah SAW di Madinah, Rasulullah SAW tidak serta merta menghilangkan berbagai perbedaan itu, namun perbedaan-perbedaan yang ada dikelola untuk tidak terjadi benturan dengan mengadakan sebuah kesepakatan bersama yang dikenal sebagai piagam Madinah.

Konstitusi Madinah atau piagam Madinah ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yathrib (kemudian bernama Madinah) pada tahun 622. Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit antara Bani 'Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah; sehingga membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah.

Membaca Konstitusi Madinah, penulis menangkap spirit kenegarawanan Rasulullah SAW atau dengan kata lain apa yang dilakukan oleh Rasulullah dengan menyusun piagam Madinah adalah bentuk uswatun hasanah dari Rasulullah SAW dalam berpolitik. Penulis melihat, cara berpolitik Rasulullah adalah benar-benar memiliki spirit persatuan dengan menghargai perbedaan perbedaan yang ada. Hal itu dapat tercermin dari pasal yang menghargai kebiasaan yang berlaku  pada bani Auf, Sa'idah, Al Hars,Jusyamn, An Najjar dll

Cara berpolitik Rasulullah SAW yang demikian sangat perlu kita (kaum Muslimin Indonesia) perhatikan mengingat reaitas kita yang hidup di negera yang berbhineka tunggal ika. Kita tentu sangat prihatin, melihat realita di negeri ini dimana perbedaan-perbedaan yang ada, meski hanya kecil atau bahkan hanya perbedaan interpretasi dapat muncul sebagai alasan untuk saling memojokan, menyerang bahkan memusnahkan baik secara fisik maupun non fisik. 

Betapa tragisnya ketika kita melihat hanya karena perbedaan pilihan politik kita terus memojokkan, menyerang meski non fisik bahkan memusnahkan hak-hak saudara sebangsa kita termasuk memusnahkan kenyamanan hidupnya dengan berbagai teror dan hoax hoax yang kita pelihara. KIta seakan tidak memiliki uswah hasanah dalam berbangsa dan bernegara di masyarakat yang berbeda-beda, padahal jelas Rasulullah SAW telah mencontohkannya. Nampaknya kita lebih menyukai untuk beruswah pada figur-figur lain, yang lebih memunculkan kekasaran, kekerasan dan keberingasan.

Menyambut peringatan Maulid Nabi SAW di tengah hiruk-pikuk tahun politik ini, marilah kita semua, terutama para politisi muslim menunjkan jati dirinya sebagai politisi-politisi yang beruswah kepada Rasulullah SAW, yang santun, siddiq,amanah, tabligh  dan Fathonah. Gabungan dari tabligh dan fathonah, adalah cerdas dalam menyampaikan visi misi dan program-programnya, bukan dengan cara culas yang hanya terfokus pada bagaimana membantai lawan. 

Semata Merayakan Maulid Nabi 1440 H, Mari kita renungkan lirik lirik berikut :  

Ya Rasulullah Salamun Alaik, Ya Rofiasani waddaroji. 

Wahai utusan Allah, semoga keselamatan tetap padamu, Wahai yang berbudi luhur dan bermartabat tingg. 

Athfatan y jrotal 'alami, y uhailal jdi wal karomi  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun