Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pemilu 2019 Menuju Moneykrasi?

17 Agustus 2018   08:23 Diperbarui: 17 Agustus 2018   08:49 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dari banyak sumber diperoleh gambaran bahwa pemilihan Cawapres Sandiaga Shalahudiin Uno oleh Capres Prabowo dilandasi untuk memperbaiki ekonomi. 

Sudah barang dengan jargon perbaikan ekonomi itu diharapkan paslon ini mendapat dukungan dari kelompok yang merasa mengalami kesulitan ekonomi saat ini. Timbul pertanyaan, kelompok mana yang saat ini mengalami kesulitan ekonomi? Apakah kelompok masyarakat umum, atau kelompok ekonomi tertentu akhibat kebijakan dan sepak terjang Jokowi?

Dalam pandangan penulis, sejak Orde Baru hingga Orde Reformasi sebelum Jokowi dilihat dari aspek ekonomi terkesan ada "poros imajiner" Jakarta -Wahington, dalam artian derap langkah  ekonomi Indonesia berporos pada kapitalisme. 

Kelompok kelompok pemodal dari keluarga dan kroni penguasa Orde Baru berpesta dengan poros ekonomi ini, meski yang terjadi adalah eksploitasi sumber-sumber potensial ekonomi Indonesia, walau demikian, pembentukan poros ini sangat menguntungkan keluarga dan kroni penguasa Orde baru, yang kemudian diteruskan oleh kader-kadernya yang berdiaspora saat reformasi terjadi. Dan hingga kini, kita masih dapat dengan mudah mengamati penguasaan ekonomi dari keluarga (anak, cucu, menantu) dan kroni-kroni Soeharto. 

Pemerintahan Jokowi nampaknya terus berusaha melakukan bandul poros ekonomi itu, tidak sekedar menuju arah Washington. Sejak awal dilantik sebagai presiden RI Jokowi melakukan "diversifikasi" sumber-sumber invetasi. 

Poros itu digeser dan bergerak ke seluruh arah di muka bumi ini yang memungkinkan diperoleh sumber-sumber investasi dari berbagai negara dengan berbagai aliran ekonominya. Upaya jokowi ini sering menjadi kritikan dari mereka yang kalah dengan istilah Jokowi kian kemari jualan Indonesia (lihat tulisan kami di kompasiana tahun 2014 - 2015). 

Keberhasilan Jokowi menjalin kerjasama investasi sebagai modal untuk menjalankan roda pembangunan Indonesia terutama untuk pembangunan infra struktur dari luar negara-negara kapitalis berkonsekuensi lahirnya serangan-serangan dari pihak yang kalah, yang memang "anak asuh kapitalisme" seakan Indonesia bergerak ke arah komunisme. 

Bagi penulis, serangan-serangan itu tidak lain hanyalah ekspresi kecemburuan dan kekhawatiran kelompok itu akan proyek-proyek bisnisnya dengan dibalut oleh isue-isue lokal yang ada. 

Situasi tidak menguntungkan bagi pendukung poros ekonomi "Jakarta - washington" tentu harus segera diakhiri dan cara paling jitu adalah "Ganti Presiden" dengan presiden dari kelompok  yang sejak awal memang membangun oleh poros ekonomi "Jakarta - Washington". 

Sehingga wajar ketika Prabowo menjadi pilihan, sebab Prabowo adalah ptra dari Soemitro, yang sukses membangun poros ekonomi Jakarta Washington di awal Orde baru. 

Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari negeri Loby Yahudi itu dengan didirikannya Soemitro Center, sebagai tanda penghormatan terhadap jasa Soemitro membangun kerja sama investasi khususnya poros "jakarta - washington" tentunya, dan sangat wajar jika Prabowo juga mencari pendampin Cawapresnya dari kalangan yang sama sehingga sangat wajar jika Prabowo mengesampingkan apa yang disebut sebagai Ijtima Ulama. Dan lebih wajar lagi jika kemudia Probowo memilih Sandiaga Uno dengan meninggalkan AHY. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun