Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Predasi Partai Melalui Koalisi

14 Maret 2018   21:44 Diperbarui: 14 Maret 2018   21:53 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam sebuah interaksi khususnya inteaksi mahluk hidup, terdapat pola interaksi yang biasa dikenal sebagai pola kompetis, netral, mau[un redasi. Analaog denganhal itu, interaksi partai melalui kualisi terkait dengan pemlu, dapat beripa kompetisi, dimana partai partai berebut pemlih yang ada. Juga dapat berupa predasi, dimana terai pencaplokan partai patai (kecil, lemah) oleh partai-partai besar dalam sebuah kualisi. 

Partai besar dan kuat biasanya menjadi pemimpin kualisi. Walaua dapat dianalogkan demikian, namun, penulis belem menemukan referensi terait predasi partai dalam sebuah kualisi. Oleh karena itu, tulisan ini hanyalah berupa hipotetik belaka. 

Tulisan ini dilandasi oleh pertanyaan pertanyaan  Pada kampanye kampanye umum pemilu serentak 2019 nanti, siapakah yang dikampanyekan apakah program partai (caleg) ataukah program Capres - Cawapres. Dalam pandangan penulis, dalam politik tokoh, nampaknya mengkampanyekan Capres - Cawapres, untuk merebut RI 1 dan RI 2 boleh jadi akan lebih menjadi pilihan. Caleg Caleg akan sekedar numpang nama melalui tokoh tokoh yang diusung sebagai capres cawapres.

Lantas bagaimana dengan kampanye caleg sendiri ? Apakah Partai partai tetap mendapat jatah kampanye umum maupun tertutup/dialog seperti selama ini ? Apakah kampanye pilpresnya juga tersendiri sebagaimana kampanye pilkada yang diikuti oleh paratai partai kualisi yang mengusungnya sehingga jadwal disesuaikan dengan jumlah Paslon yang diusung ? Bagaimabakah dampaknya jika pada saat kampanye partai justru mengkampanyekan tokoh bukan partainta yang kebetulan diusung ?

Untuk menjawab hal itu, Coba posisikan diri kita sebagai pemilih dari partai peserta kualisi yang minoritas, pada saat kampanye, jurkam justru menyampaikan program Capres dengan kehebatan kehebatan sang Capres, pengendali kampanye tentunya dari partai pemimpin kualisi, jika anda tertarik ke Capres, apakah anda juga bisa tertarik pada partai sang Capres sehingga pada saat pileg anda juga berpindah haluan memilih partai sang Capres ?

Jika hal itu yang terjadi, maka akan bisa terjadi predasi, dimana partai partai pemimpin kualisi akan mendapatkan keuntungan mendapat limpahan suara dari partai partai yang mendukungnya bukan saja suara bagi Paslon capres cawapres, tetapi juga limpahan suara pileg dengan memilih partai sang Capres. Proses perpindahan ini bisa saja berjalan spontan dimana pemilih secara sukarela mengganti pilihannya setelah berinteraksi dalam kampanye kampanye bersama sehingga lebih tertarik pada partai sang Capres.

Proses perpindahan pilihan itu juga bisa saja terjadi tidak spontan dalam artian strategy pengalihan pilihan (pileg) didesign oleh Parati yang memimpin kualisi atau pengusung cawapresnya terhadap calon calon pemilih dari partai partai subordinasi dari kualisi tersebut. 

Bersama berjalannya waktu dalam interaksi bersama, misalnya diterapkan strategy man to man, satu kader partai pemimpin kualisi menggarap pemilih partai lain. Dengan strategy ini paling tidak diharapkan suara pendukung partai pemimpin kualisi bertambah dua kali lipat.

Akhir dari proses predasi itu adalah partai partai kecil akan kehilangan suara, dan akan berakhir karena tidak memenuhi parlimantary Threshold, sedang partai pimpinan khalusi, meski Caresnya kalah namun dapat meraih kursi paling tidak dua kali lipat. 

Apabila perkiraan ini benar, maka partai partai kecil yang berkepentingan untuk tetap eksis di parlemen perlu memperhitungkan masak masak pilihan gabung ke kualisi pengusung Capres Cawapres.

Benang merah dari uraian di atas adalah, bahwa maksud berkualisi untuk mengusung capres cawapres dengan harapan memperoleh bagian dari kue kekuasaan, sesungguhnya mengandung resiko terhadap eksistensi masa depan partai itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun