Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memilih Partai untuk Caleg Independen

20 November 2017   18:39 Diperbarui: 20 November 2017   18:42 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kondisi bangsa yang makin carut marut dan tamparan menyakitkan terutama kepada lembaga legislatif terkait dengan terbongkarnya berbagai korupsi yang melibatkan anggota DPR yang semestinya menjalankan fungsi pengawasan, sudah barang tentu akan membangkitkan ghiroh keterpanggilan putera Puteri ibu Pertiwi yang ingin berkonstribusi melalui perjuangan intra parlementer. Disisi lain, pendaftaran rekruitmen caleg dari beberapa partai juga sudah mulai dibuka.

Sebagai anak bangsa bukan kader partai yang memang memiliki ghiroh berjuang melalui intra parlementer, maka didampingi niat dan tekad, juga pertimbangan memilih lewat partai apa juga penting, hal ini bukan saja terkait dengan peluang atau kans keterpilihan, juga tentu saja adalah bagaimana idealisme kita untuk perjuangan intra parlementer dapat benar-benar terjaga. Kita tentu saja tidak bisa sekedar percaya pada klaim klaim dari satu partai bahwa mereka itu bersih tanpa melakukan check and techeck dari bukti yang ada selama ini.

Hasil pengumpulan pendapat melalui telepon yang diselenggarakan oleh Litbang "Kompas" yang melibatkan 617 responden berusia minimal 17 berbasis rumah tangga menggambarkan 96,8 persen responden akan memilih caleg berpengalaman, 71,6 persen responden akan memilih caleg dari partai pendukung pemerintah, 78, 8 persen mendukung caleg direkrut bukan dari anggota partai dengan membentuk tim seleksi caleg independen. Hasil yang dipublikasikan melalui kompas, edisi Senin, 20 November 2017 pada halaman 4 ini layak dijadikan landasan bagi putera putri bangsa bukan kader partai yang Ingin berkonstribusi bagi negara melalui perjuangan intra parlementer.

Sebagai anak bangsa yang sudah 2 kali menjadi caleg (katagori caleg berpengalaman kan ?) Pertama pada pemilu di awal reformasi (1999) sebagai caleg dari kader partai (PAN) yang dicalonkan di tempat kelahiran (Jateng) dan caleg pada pemilu era reformasi mati suri (2014) dari jalur independen/non kader (PBB) untuk dapil Jakarta Timur, penulis memiliki beberapa catatan. catatan ini tentu saja hanya sebatas pengalaman penulis, belajar kepada caleg lainnya tentu sangat disarankan. Beikut catatan yang menurut hemat  penulis perlu disampaikan.  

Pertama, daerah pemilihan dimana kita mencalonkan itu sangat penting, daerah-daerah dimana ada ikatan emosional dengan kita sebagai caleg, akan sangat menguntungkan kita. Ikatan ikatan emosional antara caleg dan calon pemilih, akan memberikan dukungan luar biasa tanpa kita minta. Sebagai guru SMA di Bumiayu waktu itu, alumni dan murid murid bahkan karyawan guru dan keluarga bergerak dengan sukarela, pencarian dukungan tanda tangan misalnya, sangat cepat diperoleh tanpa harus mengeluarkan biaya ekstra.

Mobilitas untuk kampanye pun, sangat mudah, melalui getok tular, mereka yang memiliki hubungan emosi dengan suka hati datang di lapangan (lapangan Asri Bumiayu -pen) bahkan yel yel dari peserta kampanye sungguh antusias menyebut nama caleg, bukan partai, meskipun waktu itu tampil dalam kampanye partai. Demikian juga atribut dan kepentingan kampanye, semua mengalir dengan lancar dari masyarakat. Oleh karena itu, ada baiknya para caleg sebaiknya memilih daerah pemilihan (dapil) dimana kita punya akar. Penulis pun jika nanti maju sebagai caleg akan memilih dapil Brebes Tegal Jawa Tengah.

Ke dua pemilihan partai, partai yang memiliki kepengurusan di dapil pilihan hingga ranting atau anak ranting dan kepengurusannya efektif, adalah mesin partai yang luar biasa. Apalagi jika program-program partai berjalan dengan baik dan menjangkau bidang yang luas sesuai kebutuhan masyarakat. Untuk menambah "gema" dari itu semua, kita harus rajin melakukan publikasi. Beruntung waktu itu, PAN memiliki tabloid Amanat yang bisa dimanfaatkan untuk publikasi program (bisa dilihat di arsip jika di DPP PAN masih ada). Jangan segan segan memanfaatkan semua media termasuk radio lokal untuk melakukan pengumuman, publikasi bahkan siaran tanya jawab,

Dalam konteks menjaga idealisme pemilihan partai pun harus benar benar matang, meskipun 71,6 persen pemilih memilih caleg dari partai pendukung pemerintah, namun kaitannya dengan isue korupsi yang mengemuka yang melibatkan beberapa partai juga harus diantisipasi. Jika ada partai pendukung pemerintah yang terlibat, maka jelas pilihan partai kita untuk mendaftar sebagai caleg sangat beresiko, karena jelas hal itu akan mengubah konstelasi peta politik di pemilu 2019 nanti. Intinya apapun yang terjadi harus menjadi bahan pertimbangan kita untuk menentukan lewat partai apa kita akan mendaftar sebagai caleg.

Disaming peluang keterpilihan, putera Puteri terbaik bangsa non kader partai, harus memanfaatkan hari hari menjelang pemilu untuk berkonstribusi dalam mencerdaskan kehidupan politik bsngsa, dan hal itu akan mendapat tempatnya jika kita menjadi caleg. Selamat mendaftar sebagai caleg, mari bersama sama berbagai ko ntrubusi dalam upaya cerdas politik untuk Indonesia lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun