Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Santri dan Mengenang Pesan Pak AR

22 Oktober 2017   22:08 Diperbarui: 22 Oktober 2017   22:50 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggal 22 Oktober  ditetapkan menjadi Hari Santri Nasional oleh Presiden RI Joko Widodo dua tahun lalu, dimana penetapan itu terkait dengan besarnya peran santri bagi bangsa. Para tokoh-tokoh besar yang punya andil itulah yang membuat pemerintah menilai hari santri penting ditetapkan. Pada saat penetapan hari santri yang di adakan di Masjid Istiqlal Jakart dua tahun lalu, Presiden Jojowi mengungkapkan : ""Sejarah mencatat, para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan tersebut. Para santri dengan caranya masing-masing bergabung dengan seluruh elemen bangsa, melawan penjajah, menyusun kekuatan di daerah-daerah terpencil, mengatur strategi, dan mengajarkan kesadaran tentang arti kemerdekaan,".

Memperingati hari Santri, penulis memiliki kenangan tersendiri saat pertama kali menjadi santri di Pondok Pesantren Budi Mulia Yogyakarta. Sore hari tanggal 4 Desember 1984, bertepatan dengan 12 Rabiul Awal (1405 H) Mas Hernowo (Allah Yarham) ketua umum Jama'ah Sahalahuddin UGM waktu itu datang menjemputku di "Asrama Realita" di wilayah Karang Asem, Selokan Matraman seberang fakultas Kehutanan UGM. Maksud kehadiran Mas Hernowo untuk menjemput penulis dan pergi bersama ke Padepokan Politeknik Budi Mulia atau kemudian dikenal dengan nama Pondok Pesantren Budi Mulia setelah diresmikan oleh Kajandepag Kabupaten Sleman 3 Mei 1985.


Malam itu, adalah malam pembukaan resmi program pesantren mahasiswa, yang diperuntukan bagi aktivis mahasiswa yang diseleksi berdasar prestasi akademik, non akademik dan wawancara. Para santri angkatan pertama itu, terjaring menjadi santri muqim sebanyak 12 orang dari berbagai kampus di kota pelajar Yogyakarta. Diantaranya UGM, UII, IKIP (Srjarang UNY), IAIN (sejarang UIN), Akprind. Selain 12 santri muqim, program kuliah pesantren juga doikuti oleh santri kalong, yang pada malam jumat biasanya bermalam jarena ada kajian husus yang dispaikan oleh KH Soeprapto Ibnu Juraimi.


Selain hadir 12 orang santri muqim dan puluhan Santri kalong juga nampak keluarga besar yayasan Shalahuddin Yogyakarta seperti Pak Amien Rais (Ketua Yayasan), Pak Ahmad Watik Pratiknya (Sekretaris) Chairil Anwar, Mansur Rpmi, Dochak Latief, Saifullah Mahyudin, Syafii Maarif, Pal Darban, Kuntowidjoyo, pembina otoaktivitas santri Bang Zulkifli Halim dan Said Tuhuleley juga undangan yang rata rata adalah aktivis mahasiswa di Yogyakarta.


Tampil sebagai prmberi khutbah Iftitah adalah KH AR Fachrudin yang dikenal sebagai pak AR (Allah Yarham). Pada malam bersejarah bagi penulis, pak AR dengan gayanya yang has santai tetapi tajam menukik menyampaikan ayat ke 78 dari surah al Hajj yang terpampang sebagai kaligrafi di mihrab masjid Abu Bakar Ashshiddiq dimana acara berlangdung.


Inti dari isi khutbah iftitah pak AR adalah , dalam menjalankan peran santri yang harus menempuh pendidikan ganda di Kampus masing masing dan menempuh ilmu agama beserta berbagai aktivitas sebagai santri. Harus dilandasi dengan spirit jihad yang tinggi, bersungguh sungguh dengan sebenar benarnya, sebagaimana dipesankan Allah pada QS, Al Hajj 78 itu, yang dalam istilah pak AR para santri Cleleng, yang penulis tangkap sebagai santri yang militan dengan kesantriannya.

Pak Ar waktu itu mencontohkan, jika santri diminta mengisi pengajian (bagian dari otoaktiviatas) maka kalau tidak dijemput ya berangkat dengan motor sendiri, kalau tidak punya motor ya naik sepeda. Jika tidak memiliki sepeda ya harus bersedia hadir mengisi pengajian dengan jalan kaki. Penulis menangkap, selain harus memiliki spirit, dorongan, motivasi yang kuat santri cleleng juga diartikan sebagai santri yang tidak mudah menyerah dengan keadaan namun harus bisa menyiasati keadaan.

Santri Cleleng menjadi sebuah tuntutan bagi santri-santri saat ini jika ingin sukses dalam membina dirinya sebagai santri yang sejatinya. Memang di satu sisi para santri saat ini sangat diberi kemudahan dalam berbagai hal terutama terkait dengan sumber-sumber belajarnya, namun disisi lain berbagai godaan saat ini sungguh bukan hal yang ringan untuk dihadapi para santri. Para santri yang rata-rata adalah pribadi-pribadi yang sedang mencari jati diri jika tidak memiliki spirit jihad, jiwa cleleng sebagai santri, maka akan mudah tergerus oleh arus arus godaan yang dapat menyeretnya kelembah kegagalan.

Untuk menghadapi berbagai godaan tersebut, maka peranan pondok pesantren dalam mengasah, mengasih dan mengasuh para santri dalam kehidupan pesantren yang diungkapkan dalam al Quran sebagai sauasana yang penuh tawa shobishobr wa tawa subil marhamah , suasana penuh kesabaran dan marhamah , harus diciptakan suasana penuh kesabaran dan kasih sayang. Hal ini dilandasi bahwa santri benar-benar dalam kondisi menapaki jalan mendaki, ang tidak ringan, tidak sekedar belajar sebagaimana peserta didik pada umumnya. Para santri memiliki beban yang lebih berat ditambah harus mengatasi godaan-godaan masa pubertasnya yang sangat komplek.

Meski tantangan santri dari masa ke masa dapat saja berubah sesuai tantangan zamannya, namun keclelengan, militansi, kesungguhan manapaki perjalanan hidupnya sebagai santri sangat diperlukan. Barang kali itulah relevansi nasihat pak AR agar para santri menjadi santri cleleng dapat dipahami.

Selamat Hari Santri, bersyukurllah seluruh santri Indonesia, atas anugerah terpilihnya kita menjadi santri. Sebab, tidak semua anak-anak Indonesia bisa menapaki pendidikannya di pesantren yang menjadikan diri kita memiliki identitas diri, sebagai seorang satri. Buki syukur kita sebagai santri adalah dengan belajar sungguh sungguh, berperan aktif pada semua aktivitas pondok, patuhi seluruh tata tertib pondok dan yang penting patuh dan takzim kepada Pak Kyai, asatidz dan pengasuh pondok pesantren dimana kita menimba ilmu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun