Mohon tunggu...
Darwin
Darwin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, CTO, COO, Trainer, Public Speaker

S.Kom., M.Kom., CPS®, CRSP, CH, BKP, CDM, Google Ads Certified, Google My Business Certified, SEMrush Digital Marketing Certified, Content Marketing Certified, Inbound Marketing Certified, Service Hub Software Certified, Sales Management Certified, CITGP, COBIT® 2019 Foundation

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pilih Mau atau Mampu?

8 November 2019   22:21 Diperbarui: 10 November 2019   16:37 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap orang pasti memiliki tujuan hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan suatu proses. Ada proses yang mulus, ada proses yang berliku-liku, bahkan ada proses yang menghambat kita mencapai tujuan. Bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai? Bagaimana prosesnya?

Kita harus memulainya dengan suatu langkah, yaitu langkah awal. Untuk mencapai gunung yang tinggi, kita harus mulai melangkah. Untuk mencapai suatu posisi, kita harus memberikan kontribusi. Untuk mencapai suatu pendidikan tinggi, kita harus mulai belajar. Semuanya dimulai dari kata "mulai".

Muncul pertanyaan berikutnya, yaitu bagaimana memulai? Perhatikan kedua kalimat berikut :

1. Saya mau menjadi seorang dosen. 

"Mau" berarti suatu keinginan. Keinginan yang tidak dimulai-mulai hanyalah suatu mimpi. Kata "mau" ini kurang ada penegasan sehingga ketika kita selesai menyelesaikan kalimat yang menggunakan kata "mau", niscaya passion untuk memulainya hampir tidak ada. Contoh lainnya, "saya mau menjual nasi ayam untuk menjadi orang kaya". Mendadak hari berikutnya Anda ditawari untuk bekerja di perusahaan internasional, maka Anda dipastikan tidak mengingat lagi kemauan untuk menjual nasi ayam tersebut.

2. Saya mampu menjadi seorang dosen. 

Penggunaan kata "Mampu" secara tidak langsung mendeskripsikan kita memiliki kompetensi, kemauan, dan dapat berhasil menggapai tujuan karena adanya kemampuan tersebut. Kata "mampu" memberikan suatu "value" diri dan menciptakan semangat di alam bawah sadar kita. Ketika kita mendapatkan suatu tanggung jawab, kita hanya perlu memikirkan logika tidaknya jika dikerjakan. Jika logika, maka kita harus tegas dan berani untuk mengucap kata "mampu". Mengenai bagaimana prosesnya, tantangannya, maupun resikonya, itu adalah masalah nanti. Tiada yang mudah dalam hidup, semua harus ada prosesnya. Kita harus mengingat kembali, kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain. Jadi ketika kita menghadapi kesulitan setelah mengatakan kata "mampu", itu tidak menjadi masalah karena kita bisa mencari bantuan dari orang lain, bahkan terkadang media sosial memiliki jawaban atas kesulitan tersebut.

Salam mampu diatas mau.

Trust - Do - Feel - Learn

By: Darwin, S.Kom., M.Kom., CPS, CRSP, CH

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun