Mohon tunggu...
Darwin
Darwin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, CTO, COO, Trainer, Public Speaker

S.Kom., M.Kom., CPS®, CRSP, CH, BKP, CDM, Google Ads Certified, Google My Business Certified, SEMrush Digital Marketing Certified, Content Marketing Certified, Inbound Marketing Certified, Service Hub Software Certified, Sales Management Certified, CITGP, COBIT® 2019 Foundation

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

6 Fakta Hidup Ibarat Sandal Jepit

27 Oktober 2019   11:41 Diperbarui: 27 Oktober 2019   12:07 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup adalah suatu misteri, ibarat ketika kita melihat satu titik hitam. Ada yang mengatakan itu hanya sekedar satu titik yang tiada maknanya. Ada juga yang mengatakan titik itu adalah sesuatu yang luar biasa, itu adalah suatu antariksa yang dilihat dari jarak yang sangat jauh. 

Hanya satu titik saja tapi bisa bermakna berbeda jika dilihat oleh orang yan berbeda. Contoh lain adalah angka 6 dan/atau 9. Angka 6 jika dilihat terbalik menjadi angka 9, begitu juga sebaliknya. 

Tidak semua hal kebenaran itu bersifat absolut. Tidak ada kebenaran yang dimiliki oleh seseorang saja, kebenaran adalah milik bersama tergantung sudut pandang, pengetahuan, dan pengalaman. 

Penulis mengambil 6 fakta hidup dengan menggunakan sandal jepit :

  1. Bukan tentang bentuk dari sandal jepit, tetapi sering tidaknya sandal jepit itu dipakai. Bukan secara fisik kita memilih sandal jepit, tetapi kebahagiaan dan kepraktisannya. Ketika kita berkunjung ke rumah tetangga tentunya sandal yang dipilih adalah sandal jepit. Terkadang kita berpikir terlalu keras dalam hidup. Cobalah untuk berpikir praktis karena praktis tidak selamanya buruk.

  2. Bentuk sandal jepit tidak begitu bagus, tetapi nyaman dipakai. Pilihan sandal jepit memang tidak rupawan, tetapi kenyamanan itu yang penting. Begitu juga hidup. Hidup adalah pilihan, kita jelas dapat memilih apa yang seharusnya dipilih. Banyak diantara kita yang tidak memilih dengan akal sehat sehingga menyalahkan diri sendiri dan orang lain setelah menjalaninya.

    Cobalah berpikir dengan logis dalam membuat keputusan. Pikirkan dampaknya dan yang terpenting adalah kenyamanan bagi diri kita sendiri.
    Hidup hanya sekali, jadi jangan pernah salah memilih.

  3. Ketika sandal jepit tertukar atau dipasangin dengan sandal jepit lainnya terasa tidak enak dan tidak cocok. Sederhana tapi tidak tergantikan bukan? Ini ibarat orang tua kita. Orang tua terkadang tidak memikirkan kepentingan mereka, mereka lebih mengutamakan kebahagiaan dan keinginan anak.

    Jasa mereka tidak terbatas. Jangan pernah kita lupa kepada jasa-jasa orang tua. Mereka tidak tergantikan oleh siapapun, tidak bisa dibeli dengan uang, dan pastinya tidak tergantikan dalam hati. Darah daging kita itu tidak ada artinya tanpa kehadiran mereka.

  4. Memang sandal jepit tidak mahal, tetapi kita merasa kehilangan ketika tidak menemukannya. Walau tidak sempurna, ketika kita kehilangan sandal jepit pasti kita akan mencarinya. Ini masih terkait dengan jasa orang tua kita. Banyak dari kita pasti pernah membangkang orang tua.

    Ketika kita tidak menghadapi masalah, kita melihat dunia seakan-akan berada dalam genggaman kita. Ketika kita terkena masalah, barulah pikiran menyesal kita muncul dan langsung teringat dengan nasehat orang tua kita. Ketika suatu hal sudah terjadi, susah untuk membalikkannya, jadi berusahalah menjaga esensi hidup dan kebijaksanaan.

  5. Walau bentuknya biasa, tetapi mau menemani kita kemana saja. Bayangkan ketika terjadi banjir, sandal jepit adalah pilihan utama. Sandal jepit yang menemani kita berjuang melawan banjir. Orang baik yang ada di sekitar kita adalah aset. Mereka menemani kita dalam suka dan duka. Jangan pernah melupakan kebaikan hati orang lain.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun