ADA lima penyebab kemenangan Jokowi atas Prabowo di Pilpres 2019. Saya cukup sebutkan dua saja.
Pertama, ultra-militansi pendukung Prabowo justru menjadi bumerang. Over-confident yang diekspresikan mereka di medsos dalam bentuk hoax, hinaan, cacian, dan pressure ke Jokowi berbalik arah: silent majority marah.
Mereka ingin membuktikan bahwa Jokowi tidak seperti yang dituduhkan. Angka partisipasi pemilih hingga 80-an persen adalah pembuktian sekaligus rekor.
Di empat TPS cluster perumahan saya di Gading Serpong, banyak wajah asing muncul. Mereka bukan warga siluman. Mereka adalah silent majority yang selama ini lebih memilih diam.
Kedua, massa pro Jokowi tergugah dengan jawaban atas pertanyaan ini: siapa yang akan menang di pilpres 2019? "Sesuai survei, Jokowi di atas kertas masih menang. Kisaran 55 : 45 persen. Jokowi bisa kalah kalau orang seperti kalian tidak pergi ke TPS".
Celah bahwa Jokowi bisa kalah membuat mereka tersadar: saya harus memberikan suara. Saya harus ke TPS. Pelajaran dari kekalahan Hillary atas Trump, dan ekses buruk Brexit membuat massa pro Jokowi benar-benar bangun.
Prabowo sebetulnya punya momentum. Harus diakui, ada kejenuhan ekonomi di 2-3 tahun terakhir. Prabowo memberi harapan. Dia juga didukung massa survival political yang luar biasa solid: HTI, FPI, PKS, dan parpol lain yang selama ini "puasa".
Harusnya Prabowo bisa menang. Andai follower-nya tak terlalu koppig. Seperti pagi ini, ada yang masih percaya dengan kemenangan Prabowo 62 persen! Tuman.
Gading Serpong, 18 April 2019