Tantangan Pendampingan Perhutanan Sosial di Bulan Puasa

Kegiatan Pendampingan Perhutanan Sosial terhadap Kelompok Tani Hutan (KTH) pasca izin telah dilakukan dan pada tahun 2021 ini memasuki tahun ketiga.  

Pada tahun 2021 di Provinsi Lampung telah ditetapkan oleh Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Medan sebanyak 100 orang pendamping yang berasal dari penyuluh kehutanan, penyuluh kehutanan swadaya masyarakat (PKSM) dan polisi kehutanan yang tersebar di 17 wilayah UPTD KPH pada awal bulan Maret dan mesti langsung bekerja pada bulan Maret ini juga.

Berbeda pada pendampingan dua tahun sebelumnya, tahun 2021 ini telah diberikan target- target pendampingan yang lebih konkret sehingga dampaknya lebih terlihat dan dapat dirasakan oleh masyarakat yang didampingi. Misalny indikator kenaikan kelas kelompok usaha (KUPS), Terdapatnya rencana  kerja usaha dan rencana kerja tahunan danlain sebagainya.

Tantangan yang lain bagi pendamping pada tahun 2021 ini juga kondisi negeri ini yang masih mengalami pandemi covid19 yang juga belum berakhir.  Kasus baru positif covid19 masih ditemukan hampir di seluruh kabupaten kota di Provinsi Lampung, sehingga dituntut untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. 

Memasuki bulan kedua pendampingan yaitu bulan April, masyarakat muslim juga menyambut bulan ramadhan.  Sebagaimana biasa berbagai kegiatan tidak dapat dilakukan secara leluasa, dan mesti mengikuti kebiasaan masyarakat sehingga tidak menggangu orang yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Ibadah puasa tidak boleh menghalangi kegiatan.  Bagaimana tetap produktif di bulan puasa menjadi ajaran agama Islam, dengan menyesuaikan kondisi yang ada.

Di tengah berbagai tantangan kondisi masyarakat yang demikian dituntut kinerja pendamping yang lebih ekstra agar tetap dapat melaksanakan pendampingan dengan baik.  Pemilihan waktu barangkali menjadi hal yang memegang peran penting.  Kondisi masyarakat yang tengah berpuasa juga biasanya akan kurang konsentrasi atau perhatian bila dipaksa untuk dapat mengikuti suatu kegiatan pertemuan.  Diperlukan teknik komunitas interpersonal yang baik.  Membuat suasana yang santai tetapi serius menjadi keharusan.

Kegiatan pendampingan juga hendakny tidak banyak dilakukan di luar ruangan yang panas terik untuk tidak menyebabkan orang jadi kelelahan atau kehausan.  Sehingga mestinya banyak dilakukan secara indoor atau dalam ruangan.  Kegiatan yang mesti di luar ruangan seperti penandaan batas wilayah kerja, identifikasi kelola kawasan yang sulit dijangkau dapat dilakukan setelah bulan puasa selesai.  Strategi ini mungkin dapat diterapkan dalam melakukan pendampingan perhutanan sosial.  Kegiatan pertemuan pada malam hari setelah shalat tarawih juga dapat dilakukan dengan menyesuaikan kondisi masyarakat.

Kegiatan perbaikan administrasi kelompok, tata kelola kelembagaan, penyusunan rencana kerja, tata kelola usaha dapat menjadi alternatif kegiatan yang dilakukan di bulan Ramadhan.

Bagi pendamping sendiri untuk dapat mengunjungi lokasi pendampingan yang tidak jarang menempuh jarak puluhan bahkan ratusan kilometer membutuhkan energi ekstra yang memerlukan fisik yang prima dan sehat karena sambil menjalankan ibadah puasa.  Namun dengan niat yang baik mendampinginya masyarakat untuk menyongsong kesejahteraannya dapat menjadi penyemangat dan modal amal baik.  

Kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan kemanfaatan dan fungsi hutan yang menjadi cita-cita perhutanan sosial dapat terwujud.  Tanpa didasari dengan niat dan tujuan yang mulia tersebut maka niscaya pendampingan akan terasa berat dan melelahkan dan masyarakat yang didampingi pun akan sulit untuk maju.