Kembali ke Jaman Batu
oleh: Darju Prasetya
Dalam satu tahun ini ada dua berita yang mengguncang hatinya, yaitu kematian dua orang sastrawan yang dikaguminya karena sebuah kecelakaan.
"Ini adalah kematian yang tragis!" gumamnya sambil membaca koran yang mengabarkan bahwa NH. Dini meninggal akibat seb uah kecelakaan di sebuah jalan tol.
Beberapa waktu lalu Danarto cerpenis handal juga menjadi korban laka saat akan menyeberang sebuah jalan. Betapa ganasnya jalan raya kita ini? Berapa ribu orang yang telah menjadi korban di jalan dengan sia-sia, ujarnya dengan penuh kesedihan.
Ya memang sebuah kematian itu bisa datang darimana saja, namun jika sebuah kematian akibat dari laka ini baginya adalah sebuah kematian yang paling memilukan.
Kadang ia berpikir seandainya dunia ini kembali pada jaman dulu ketika belum ada kendaraan mungkin jalan raya akan lebih aman. Kematian juga bisa dicegah. Bagaimana jika transportasi diganti dengan kuda, unta, gajah, kerbau atau menggunakan binatang lain sebagai alat transportasi seperti jaman dulu? Tentu kematian di jalan raya akan bisa dicegah.
Memang ada hal positip dan negatifnya, namun bila kita lihat dari statistik kematian di jalan raya sungguh memilukan karena telah terlalu banyak korban orang yang meninggal dengan sia-sia di jalanan.
Apakah kita lebih baik kembali pada jaman seperti pada jaman kerajaan dulu? Apakah kita lebih baik kembali ke jaman batu? Ini bukan berarti kita menentang arus jaman namun akibat dengan teknologi pun bisa semakin menambah kematian. Akibat teknologi pun bisa juga memperpanjang umur manusia.
Plus minus kemajuan teknologi memang tak bisa kita bantah. Namun kemajuan teknologi di bidang tranportasi ini seperti tak bisa kita pungkiri telah banyak membawa korban jiwa manusia dengan sia-sia. Jalanan yang bagus tak menjamin bahwa jalan itu aman.
Seperti kasus yang dialami NH. Dini yang sedang berada di jalan tol yang dianggap cukup aman pun masih bisa terjadi kecelakaan.
