Mohon tunggu...
Danny Wibowo
Danny Wibowo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa semester 3

Punten

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Bukan Menghakimi

13 September 2020   11:41 Diperbarui: 13 September 2020   15:51 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah anda merasa bingung mengapa sebagian orang berbicara begitu keras, bahkan ketika orang tersebut sedang berbicara normal anda anggap orang itu sedang marah? Sebaliknya, pernahkah kalian menjumpai beberapa orang lainnya berbicara begitu lembut, bahkan ketika orang tersebut sedang marah kita tidak menyadari bahwa orang tersebut sedang marah?

Dialek yang digunakan menentukan persepsi seseorang.  Misalnya, Ketika anda pertama kali berbicara dengan kawan anda yang beraksen Batak, dari dialeknya anda mempersepsi bahwa kawan anda sedang marah dengan anda. Karena, suara keras akan dipersepsi marah atau menunjukkan hal yang sangat penting (Jalaluddin Rakhmat, 2011 h. 86). 

Padahal, belum tentu juga kawan anda tersebut marah kepada anda. Itu terjadi karena adanya perbedaan budaya antara anda dengan kawan anda. Tidak, itu bukan hal yang salah dan harus diperdebatkan. Perbedaan selalu ada di sekitar kita. Apalagi kita tinggal di Indonesia dengan banyaknya budaya yang beragam menjadikan kita unik karena perbedaannya.

Penting bagi kita untuk mempelajari komunikasi antar budaya, selain karena untuk menghargai dan mewujudkan sikap menghormati budaya lain, penting juga untuk mencegah terjadinya pemikiran "saya lah yang paling benar". Tak jarang orang dengan pemikiran tersebut begitu mudah untuk menghakimi orang lain yang berbeda budaya dengannya.

Sekarang untuk mempelajari komunikasi antar budaya bisa melalui media apa saja, salah satu contohnya adalah melalui Film. Pada film Lamaran (2015), menceritakan Tiar (Acha Septriasa) seorang gadis dan pengacara keturunan Batak yang memiliki dialek yang kental dan Aan (Reza Nangin) seorang resepsionis asal tanah Pasundan yang polos dan lugu yang bertujuan untuk melindungi Tiar dari kejaran mafia karena Tiar tidak sengaja terlibat dalam membela saksi sebuah skandal korupsi. 

Sebelumnya Aan sudah jatuh hati kepada Tiar, karena program perlindungan ini Aan tidak mau melewatkan kesempatannya untuk semakin dekat dengan Tiar. Tetapi Tiar harus menghadapi permasalahan lain, kasusnya terancam akan putus jika Tiar menerima perjodohan orang tuanya. 

Demi karier yang cemerlang dan usaha dalam menangkap mafia, Aan dan Tiar harus terjebak dalam kisah cinta yang palsu. Karena Aan tidak mempunyai marga, maka Aan berusaha keras mempelajari budaya Batak dan mencari marga. Percintaan pun tidak berlangsung mulus, karena awalnya kedua belah keluarga sudah setuju namun dari pihak ibunda Aan tiba-tiba menolak lamaran mereka lantaran ibunya Aan merasa tidak dihargai. 

Demi tercipta lancarnya proses lamaran, akhirnya pihak dari keluarga Tiar mencoba melakukan rekonsiliasi dan mencoba memahami budaya Aan. Karena sebelumnya terjadi kesalahpahaman akibat perbedaan budaya. Akhirnya, proses lamaran pun berjalan dengan lancar sebagaimana yang diharapkan.

Aspek pentingnya bukanlah apakah konflik akan terjadi, karena memang akan terjadi, melainkan bagaimana untuk berhasil mengelola situasi (Samovar 2017, h.21). Untuk mengelola situasi dibutuhkan rasa pengertian dan menghormati antar sesama. Pahamilah bahwa memahami perbedaan itu lebih baik daripada menghakimi perbedaan. Karena untuk berkehidupan sosial diperlukan kompromi untuk menyelesaikan masalah bersama, dalam hal ini perbedaan budaya.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun