Suami yang Memasak, Semoga Enak Ya

Lamanya waktu berada di rumah tentu memunculkan hal-hal lain yang biasanya tidak pernah terpikir sebelumnya. Apakah itu bisa dikatakan hobi atau tidak, tentu tergantung dari sudut pandang tiap pribadi yang menjalaninya. Salah satu hal yang saya alami secara pribadi adalah mulai belajar untuk membantu istri memasak dan menyiapkan makanan untuk kami santap bersama dalam keluarga.

Sejak sering berada di rumah, kami jarang untuk jajan atau pergi makan di luar entah itu hanya untuk makan nasi goreng, soto atau pecel lele yang menjadi kesukaan kami. Tentu hal itu tidak setiap hari, karena akan boros juga namun memiliki frekuensi lebih sering, apalagi jika kami pulang kerja sampai rumah dalam kondisi lelah dan tidak sempat istri memasak, barulah kami akan membeli makan di luar. Akan tetapi, sudah hampir 1,5 bulan ini kami hampir tidak pernah makan atau jajan di luar dan lebih sering memasak sendiri di rumah. Lebih sehat, terjaga kebersihannya, maupun punya waktu luang yang cukup menjadi beberapa alasan kami, khususnya istri untuk memasak bahkan mencoba resep-resep baru masakannya.

Sebagai suami, saya sendiri memiliki hobi makan masakan istri dibanding memasaknya (tidak heran badan saya agak bertambah ke depan dan samping). Akan tetapi, karena sering menemani istri yang sedang memasak di dapur sambil mengobrol, saya mulai melihat dan belajar bagaimana memasak beberapa masakan. Beberapa masakan yang sudah berhasil saya buat diantaranya tumis pare, tumis tauge dan beberapa masakan sederhana lainnya. Kalau hanya sekedar menggoreng tempe, tahu dan lauk lainnya tentu itu sudah biasa sejak dahulu. Namun untuk memasak sayur, menyiapkan bumbu dengan memotong bawang putih, bawang merah, lengkuas, daun salam dan bumbu lainnya tentu menjadi hal baru buat saya pribadi. 

Pengalaman saya memasak tersebut ternyata menjadi salah satu kesukaan atau hobi baru bagi saya. Meski hobi terbilang baru dan terkadang saya selalu bertanya kepada istri bagaimana rasa masakan yang saya buat, tapi bersyukur istri saya tetap memakannya dengan lahap (sama ketika dia yang memasak maka sayapun memakan masakannya dengan lahap). Tentu ada kekurangan rasa bisa dimaklumi, tapi paling tidak saya sedang mencoba untuk mencari hal baru apa yang saya bisa kerjakan selain melakukan tugas kantor saya.

Bagi orang lain khususnya para suami, mungkin hal yang saya lakukan merupakan hal biasa buat mereka, namun ini merupakan hal baru bahkan jika boleh dikatakan hobi baru bagi saya. Meski tidak setiap hari saya memasak,  tapi paling tidak saya dan istri bisa gantian menyiapkan makanan. Apalagi jika salah satu dari kami ada rapat dari kantor pada siang hari, tentu jika menunggu misalnya istri saya selesai rapat maka perut saya bisa bergelora dengan bunyi khasnya. Sayapun kemudian menyiapkan masakan dengan apa yang ada di kulkas dan terkadang hal itu menjadi kejutan-kejutan kecil dalam kehidupan berkeluarga kami. 

Sedikit masukan bagi para istri, tentu belajar juga untuk menahan perkataan dan kritikan yang tajam dan pedas layaknya cabai rawit. Apa yang saya dapatkan dari istri saya ialah dia selalu memuji dan bersyukur dengan masakan saya bahkan sebelum mencicipinya. Tentu hal itu membuat saya menjadi semangat untuk memasak lagi dan makin mengembangkan hobi baru saya ini. Meski di sisi lain, saya juga perlu menerima masukan tentang rasa masakan yang saya masak dari istri saya begitu dia mencobanya, namun sifatnya justru membangun dan itu yang makin membuat kita semangat. Jadi para suami, mari jadikan hobi baru yang juga bisa dinikmati tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi keluarga yaitu istri dan anak anda dan salah satunya mungkin dengan memasak untuk keluarga.

16 Mei 2020

-dny-