Mohon tunggu...
Dani Wijaya
Dani Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pekerja Keras

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Survei Temukan Politik Identitas Dorong Penurunan Publik Pro-Pancasila di Indonesia

18 Juli 2018   09:44 Diperbarui: 18 Juli 2018   09:46 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejak awal didirikan menjadi sebuah negara, Republik Indonesia tidak pernah dimiliki dan ditujukan hanya untuk satu agama atau kelompok tertentu. Republik Indonesia didirikan oleh banyak pihak, maka menjadi milik semua, dan untuk semua warga negara, tak peduli identitasnya berasal dari mana.

Dasar adanya ikatan keberagaman dari semua warga negara Indonesia itu adalah ideologi dan pondasi bangsa, yakni Pancasila dan UUD 1945.

Namun, belakangan ini makin banyak orang yang ingin mengganti pondasi dan ideologi negara tersebut. Berupaya diganti dengan agama atau sentimen identitas lainnya.

Hal ini terbukti dari hasil penelitian LSI Denny JA yang menyebutkan bahwa dalam 13 tahun terakhir ini persentase publik pro Pancasila terus menurun. Setidak terdapat penurunan hingga 10 persen.

Survei tersebut juga menemukan bahwa menurunnya publik pro Pancasila terasa di segmen warga berpenghasilan rendah dengan penghasilan kurang dari Rp 1 juta. Selain itu, menurunnya publik yang pro Pancasila juga terjadi umumnya pada warga beragama Islam.

Adanya penurunan publik pro-Pancasila ini menjadi bukti bahwa penggunaan sentimen agama untuk kepentingan politis ternyata mampu memperngaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat. Hal itu kemudian bertemu dengan kondisi, dimana perekonomian agak menurun, sehingga membuat orang mencari alternatif lain dari sistem yang telah berjalan.

Di samping itu, turunnya jumlah publik pro-Pancasila itu adalah akibat dari adanya fragmentasi sosial karena menguatnya politik identitas primordialisme yang menjadi akar dari paham radikal, terorisme dan ekstremisme.

Alhasil, politik identitas itu mendorong adanya polarisasi umat Islam di masyarakat karena kepentingan politik.

Untuk itu, kini kita patut khawatir dan waspada atas kenyataan di atas. Sekarang kita benar-benar butuh adanya revitalissasi dan reaktualisasi pemahaman terhadap Pancasila.

Melihat bahaya politik identitas tersebut, dewasa ini sudah saatnya Indonesia segera berbenah. Hal itu terutama pada Pemilu 2019 nanti, dimana para aktornya diharapkan tidak lagi memanfaatkan isu sentimen agama untuk kepentingan politik.

Kita harus sepakat bahwa NKRI merupakan hasil pemikiran yang telah final. Bila kita paham ideologi bangsa sendiri, maka Pancasila sebenarnya adalah titik temu dari agama dan demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun