Memasuki tahun politik, berbagai fitnah dan kampanye hitam bertebaran di media sosial. Kadang itu diilakukan dengan metode 'playing victim'.Â
Adalah para pendukung Prabowo Subiyanto yang terlihat memainkan teknik itu di media sosial baru-baru ini. Dengan mengkait-kaitkan kasus kriminal dan kejadian lain, mereka mengarang cerita bahwa semua peristiwa tersebut merupakan konspirasi untuk menjatuhkan Prabowo.Â
Martimus Amin, (yang katanya) pengamat hukum dan politik dari The Indonesian Reform yang menyebarkan argumen tersebut. Ia melihat bahwa kasus penembakan Fernando, salah seorang pengawal Prabowo, merupakan cara rezim saat ini menghentikan langkah politik pimpinan Partai Gerindra tersebut. Teror digunakan agar sang pimpinan tersebut mandeg dari politik.
Tak hanya itu, Martimus juga mengaitkan beberapa kejadian, seperti kasus Novel Baswedan dan isu kriminalisasi ulama sebagai bagian dari tindakan rezim mengalahkan elektabilitas Prabowo.
Padahal bila dilihat seksama tak ada kaitan secara jelas antara beberapa kasus di atas. Penembakan Fernando adalah kasus kriminal biasa yang tak ada kaitannya dengan politik.Â
Apalagi itu dikaitkan dengan cara rezim Jokowi dalam menghentikan laju politik Prabowo. Hal itu merupakan upaya cocokologi secara brutal, yang tanpa disertai dengan data dan bukti yang valid serta klarifikasi yang jelas dari pihak yang terlibat.
Begitu juga dengan kasus-kasus lainnya. Semua itu tak ada kaitannya sama sekali dengan politik.
Teknik 'playing victim' tersebut berusaha menempatkan Prabowo seakan pihak yang sedang didzolimi. Dengan demikian, para pendukungnya berharap masyarakat dapat bersimpati pada tokoh pimpinannya tersebut.Â
Tujuannya sangat jelas politis sekali. Agar elektabilitas Prabowo bisa meningkat pada Pilpres tahun depan. Mengingat akhir-akhir ini elektabilitas pimpinan Partai Gerindra itu terus melorot.
Teknik 'playing fictim' seperti di atas sangat dekat dengan kecenderungan bermain fitnah dan menyebarkan informasi hoax. Kita harus kenali dan tandai ciri argumen seperti itu.
Untuk itu, kita jangan mudah percaya pada informasi yang terlihat cocokologi seperti di atas. Kita harus periksa relasi antara kejadian agar tidak tertipu dengan teknik propaganda hitam seperti di atas.