Berkembangnya perangkat cerdas dewasa ini mendorong derasnya laju informasi di media sosial. Sekarang kita tak lagi bingung bila ingin berkomunikasi atau mencari informasi sesuatu.
Namun tak jarang perkembangan itu justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi yang negatif. Seperti informasi hoax, fitnah, atau ujaran kebencian.
Apalagi bila hal tersebut dikaitkan dengan kepentingan politik, maka propaganda hitam semakin masif tersebar di media sosial. Hal itu merupakan  praktik politik tanpa etika.
Seperti yang sering dilakukan oleh Agus Suseno melalui akun twitternya @agussusenoitonk. Melalui media sosial twitter, Ia kerap menyebarkan fitnah dan ujaran kebencian kepada Presiden Joko Widodo.
Misalnya, pada pukul 06.01 WIB, 3 Januari 2018, akun tersebut memposting meme yang berisi fitnah tentang beberapa kebohongan Presiden Jokowi. Meme itu disertai caption, "Kebohongan ini aja belum abis ditelen eh ngarep 2 periode"
Tak hanya itu, pada 4 Januari 2017 kemarin, yang bersangkutan juga memposting gambar lawas saat Presiden Jokowi umroh pada tahun 2014. Ia menuduh bahwa umroh Jokowi tersebut sebagai pencitraan saja.
Gambar tersebut disertai dengan caption yang merendahkan Presiden, "Soal umroh aja dg Alloh yang pemilik segalanya aja udh kaya gini apa lg dg masalah keduniawian"
Kemudian, bila ditelusuri lebih lanjut, juga banyak postingan Agus Suseno yang menyudutkan PDIP, NU, Said Aqil Siroj, dan agama lain, terutama Kristen dan Katholik.
Dilihat dari beberapa postingannya itu, dapat dipastikan bahwa akun @agussusenoitonk itu disebut sebagai provokator. Tujuannya adalah untuk memperkeruh situasi sosial politik menjelang Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019 nanti.
Demi kebaikan bersama, seyogyanya para provokator tersebut segera diamankan oleh aparat keamanan. Karena masyarakat sendiri telah muak dengan sebaran informasi hoax, fitnah dan ujaran kebencian di media sosial.
Sudah selayaknya masyarakat memperoleh informasi yang sehat di media sosial. Kita tak perlu lagi terpecah belah karena hasutan di media sosial.