Mohon tunggu...
Dani Wijaya
Dani Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pekerja Keras

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Analisa Oksimoron Faizal Assegaf tentang Aksi "Walk Out" Alumni Kanisius

16 November 2017   10:26 Diperbarui: 16 November 2017   10:49 1972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Faizal Assegaf, sumber gambar: tribunnews

Akhir-akhir ini, publik media sosial kita diramaikan dengan kabar mengenai aksi walk out sejumlah alumni Kanisius saat Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, melakukan pidato. Aksi walk out ini dimotori oleh Ananda Sukarlan, seorang komposer sekaligus pianis, dalam  peringatan 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (11/11/2017).

Hal tersebut kemudian menuai pro dan kontra di media sosial. Banyak orang membenarkan apa yang dilakukan oleh Ananda Sukarlan, dkk, namun tak sedikit pula yang mengecamnya. Selain itu, ada pula respon yang berusaha menggoreng isu ini dan memperkeruh keadaan dengan analisa yang bertendensi mengadudomba masyarakat.  

Salah satunya adalah Faizal Assegaf. Ketua Progress 98 ini justru menyatakan bahwa aksi walk out sejumlah alumni Kanisius ini berkaitan dengan dukungan mereka pada Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Para Canisian itu, menurut Faizal Assegaf, tak rela dengan kemenangan Anies.

Faizal Assegaf juga mengaitkan kemenangan Anies Baswedan merupakan kemenangan umat Islam. Oleh karena itu, alumni Kanisius memperlakukan Anies dengan tidak layak. Bahkan, menurutnya Kanisius ini perlu belajar demokrasi pada HTI dan FPI.

Dari pernyataan Faizal di atas, terlihat dengan sangat jelas arahnya. Ia berusaha mengkotak-kotakan masyarakat dengan isu agama, antara umat Islam dan Katolik. Apa yang disampaikannya tersebut sungguh tidak cerdas dan tidak bijaksana sehingga berpotensi menimbulkan perpecahan bangsa akibat eksploitasi perbedaan.

Apalagi terkait dengan analisanya bahwa Kanisius harus belajar demokrasi kepada HTI dan FPI. Hal itu sungguh ngawur dan menyesatkan. Karena kita tahu bahwa HTI selama ini terang-terangan menunjukkan konsep khilafah yang bertentangan dengan demokrasi dan Pancasila. Sedangkan FPI kerap kali melakukan aksi yang anarkis dan sama sekali tidak mencerminkan toleransi dan kebhinnekaan. Lantas apa yang perlu dicontoh dari kedua organisasi tersebut?

Sebenarnya, dalam sistem demokrasi menunjukan sikap berbeda  pendapat, termasuk dukungan politik, sangat dibenarkan. Apa yang dilakukan oleh Ananda Sukarlan beberapa hari lalu merupakan bentuk ekspresi politik seseorang. Ia dibenarkan sejauh itu tidak mengarah pada kekerasan dan merugikan hak orang lain.

Aksi walk out Ananda Sukarlan dan sejumlah alumni Kanisius tidak merugikan siapa-siapa. Dan tidak mengarah pada kekerasan. Berbeda dengan menggelar berbagai aksi yang mengganggu ketertiban umum dan merugikan masyarakat. Ia hanya keluar saat tokoh yang menurutnya memenangkan kontestasi Pilkada dengan cara kotor itu berpidato.     

Apa yang diprotes oleh sejumlah alumni tersebut juga tidak berkaitan dengan figur Basuki Tjahaja Purnama atau sentimen agama lainnya. Namun terkait dengan ketidaksetujuan mereka terhadap praktek politik identitas yang memecah belah bangsa. 

Kita tahu bahwa kemenangan Anies-Sandi sangat erat dengan politik identitas. Dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta kemarin, pasangan ini menggunakan sentimen agama dalam berkampannye untuk mendapatkan suara umat Islam. Apalagi setelah menang, dalam pidato pelantikannya, Anies Baswedan menggunakan kata "pribumi", sehingga menimbulkan diferensiasi dan segregasi keberagaman di masyarakat.

Hal tersebut dinilai tidak pantas diucapkan oleh seorang pemimpin. Hal itu pula yang ditolak oleh alumni Kanisius melalui aksi walk out, Justru itu untuk mengingatkan kita semua bahwa sikap politik harus disampaikan, dan kita harus menerima perbedaan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun