Kini halal bi halal sudah menjadi budaya di Indonesia. Halal bi halal tidak hanya sekedar membuka pintu maaf, akan tetapi merekatkan persatuan antarumat beragama. Itulah makna filosofis halal bi halal yang hanya dipahami oleh bangsa kita.Â
Halal bi halal di masa pandemi
Lebaran tahun ini masih sama dengan tahun lalu, yaitu dalam keadaan pandemi. Secara tegas Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian melarang ASN atau pejabat daerah untuk melakukan halal bi halal atau open house.Â
Hal itu disampaikan melalui Surat Edaran Nomor 800/2794/SJ tentang Pembatasan Kegiatan Buka Puasa Bersama pada Bulan Ramadhan dan Pelarangan Open House/Halal bi Halal pada Hari Raya Idul Fitri 1442 H/Tahun 2021 yang ditandatangani Mendagri Tito Karnavian pada Selasa (4/5/2021).
Hal tersebut merupakan salah satu bentuk untuk mencegah penularan covid-19. Kita harus belajar dari India yang mengalami gelombang tsunami covid-19.
Salah satu penyebabnya adalah upacara keagamaan yaitu mandi di sungai gangga tanpa memerhatikan protokol kesehatan dengan baik. Halal bi halal sejatinya merupakan bentuk ibadah.Â
Yaitu menjalin tali silaturrahmi antarsesama, akan tetapi jangan sampai tujuan mulia tersebut justru berubah menjadi bencana, tentunya itu menjauh dari esensi beribadah.Â
Meskipun tidak bisa melakukan silaturrahmi secara fisik, kita diberikan kemudahan oleh teknologi untuk tetap menjaga persaudaraan tadi. Halal bi halal atau silaturrahmi dengan memanfaatkan teknologi tidak mengurangi esensi ibadah sama sekali.Â
Justru kita melakukan satu kebaikan lain, yaitu mencegah penularan penyakit. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk dari ibadah, yaitu menjaga orang yang kita cintai dari penularan virus.Â
Selain tetap menjaga persaudaraan dan kerukunan, silaturrahmi dengan memanfaatkan teknologi juga menjaga orang yang kita cintai untuk tetap sehat, dan tentunya meringankan beban tenaga medis.Â