Mohon tunggu...
Dani Gunawan
Dani Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Pembuat konten, pembelajar dan pengajar

Pembuat konten, pembelajar dan pengajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenapa Riset Merupakan Kunci Standar Kemajuan Ekonomi di Indonesia?

31 Mei 2020   14:54 Diperbarui: 31 Mei 2020   15:16 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

hal yang perlu digaris bawahi adalah pentinggnya sebuah inovasi dimana dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dan hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. 

Tak hanya itu, negara yang berinvestasi pada inovasi dapat lebih siap dalam menghadapi kondisi ekonomi yang dinamis dan penuh tantangan, dan 

saya katakan riset adalah kuncinya

 Kenapa Riset Adalah Kunci ?

Laporan GII menyebutkan bahwa Cina adalah salah satu negara dengan pertumbuhan paling cepat. Pada 2011, misalnya, Cina berada pada posisi 29 dengan skor 46,4. Lalu, pada 2018, Negeri Tirai Bambu itu masuk 20 besar dunia di peringkat 17 dengan skor yang naik 6,7 poin menjadi 53,1. Indonesia, sementara itu, hanya naik 2 poin selama hampir satu windu.

Pesatnya peningkatan Cina ini dipandu oleh kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penelitian atau research and development (R&D). Indikator yang tercatat meningkat di antaranya adalah jumlah perusahaan R&D global, publikasi ilmiah, dan pendaftaran perguruan tinggi (tertiary enrolment).

Peningkatan lain tampak pada belanja R&D, jumlah peneliti, dan paten. Indikator-indikator tersebut masuk dalam sub-pilar tertiary education, research and development, dan knowledge creation.

sub yang memperlihatkan kurangnya riset adalah minimnya lulusan perguruan tinggi di Indonesia

Rendahnya skor sub-pilar tertiary education tampak pada minimnya jumlah tenaga kerja di Indonesia lulusan perguruan tinggi. Dari data BPS, tenaga kerja lulusan sekolah dasar (SD) mendominasi pangsa tenaga kerja Indonesia. Selama 2014 hingga 2018, setidaknya seperempat dari tenaga kerja merupakan lulusan SD.

Bila Indonesia masih didominasi pekerja berpendidikan rendah, apakah para tenaga kerja siap dengan perubahan dan dinamika industri? Apakah para pekerja Indonesia cukup adaptif, fleksibel, dan inovatif untuk bertahan dalam gelanggang kerja? Sejumlah pertanyaan tersebut dapat menjadi catatan. Hal ini karena memasuki industri 4.0 tak cuma soal kesiapan dan kecanggihan teknologi yang digunakan, kualitas SDM ketenagakerjaan tak kalah penting dan mesti menjadi perhatian utama pemerintah.

Sumber daya terbesar dari pembangunan adalah manusia. Oleh karenanya, perbaikan kualitas pendidikan adalah hal mendesak yang perlu jadi prioritas. Jika tidak, para pekerja Indonesia akan sulit bersaing dengan pekerja negara lain. Pada laporan Global Talent Competitiveness Index 2019, Indonesia tercatat berada di peringkat 67 dari 125 negara di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun