Mohon tunggu...
Daniel Fransisco Silitonga
Daniel Fransisco Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Coach

Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sejuta Kisah di Pelayanan

15 April 2020   12:08 Diperbarui: 15 April 2020   12:42 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu, aku terus memperhatikan sebuah jam yang ada di tanganku. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.45 WIB dan waktunya untuk melarikan diri sesaat. Hp ku nonaktifkan, ku persiapkan sendal dan uang Rp.10.000. Akupun bergergas meninggalkan kosku untuk bermain PlayStation. 

Begitulah caraku setiapkali menghindar dari jangkauan PKK ku, bang Mangasi Sitanggang. Aku ingat, setiap kali kami kelompok kecil biasanya sore pukul 16.00, dia datang menjemputku 5-10 menit sebelum kelompok kecil dimulai, dan aku pergi 15-20 menit sebelum kelompok kecil dimulai. Cukup cerdik bukan?

Tapi itu bukan hal yang patut ditiru kawan kawan. Itu merupakan salah satu proses pertumbuhan rohaniku, dan aku rasa setiap orang yang "bayi rohani" pasti memiliki banyak strategi untuk menghindar dari jangkauan seorang Pemimpin Kelompok Kecil. Memang bayi selalu merepotkan!.

Seiring perjalanannya waktu, akupun mulai bertumbuh. Aku mulai serius untuk menjadi Kristen yang baik dan mengenal siapa Tuhanku. Walaupun dari SD aku sudah menjadi pemain musik di gereja, pemahaman ku tentang orang Kristen yang baik adalah saat dia tidak pernah absen ke gereja. Hal itu mulai berubah, saat Tuhan memakai bang Mangasi menjadi pemimpin kelompok kecilku. Akupun mulai mengurangi kecerdikan ku untuk "menokoh-nokohi" PKK ku. Aku mulai rajin kelompok kecil.

Puncaknya, saat Tuhan memberi kesempatan untukku menjadi seorang pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen Protestan Unit Pelayanan FIK. Aku ingat betul bagaimana aku mempermainkan Bang Yesaya, pen-sharing ku waktu itu. Di satu sisi aku tertarik untuk panggilan Tuhan. Di sisi lain, aku berpikir aku pasti tidak bisa bebas kemana mana lagi. Apalagi, saat aku melihat dan mendengar bahwa pengurus pasti banyak pertemuan dan kerjaannya. Maklum, saat itu aku rajin bepergian untuk bermain bola ke daerah daerah. 500 ribu sekali pertandingan kan lumayan...

Bang Yesaya mulai meminta jawaban doaku. Berdasarkan pertimbangan pertimbangan, kuberanikan menjawab ya menjadi seorang pengurus. 

"Oke. Besok pakai baju putih, kita pengutusan di Deli tua" kata bang Yesaya. Sontak akupun terdiam. Ku ingat, besok adalah jadwal Final pertandingan sepakbola di Tarutung. Kalah menang tetap cair, pikirku dalam hati. Aku pun tetap menyetujui walaupun sebenarnya hatiku gunda gulana. 

Malam harinya aku memutuskan untuk berangkat ke Tarutung. Di perjalanan, ku kirim pesan melalui SMS ke bang Yesaya, bahwasanya aku tidak bisa di utus dan aku belum siap. Aku bisa merasakan kekecewaan bang Yesaya saat itu, dengan jawabannya yang singkat, 

"Oke, Gbu".

Di saat pertandingan final, entah sedang sial atau karena ga jago, atau kerena memang teguran keras dari Tuhan, kamipun kalah dan saat itu cedera "langganan"ku kambuh lagi. Tapi aku menarik kesimpulan, inilah akibatnya kalau aku mempermainkan Tuhan.

Sesampainya lagi di Medan, dimaulai dari bang Mangasi sampai bang Jhoni mulai mengisi ku kembali tentang apa yang sudah kuperbuat. Pada akhirnya aku memita ampun kepada Tuhan, dan akupun dilantik menjadi seorang pengurus UKMKP UP FIK 2018 departemen Kepemimpinan dan Intelektual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun