Mohon tunggu...
Daniel Nikon Martua Situmorang
Daniel Nikon Martua Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Ilmu Hukum di Universitas Airlangga, Surabaya

Seorang mahasiswa Ilmu Hukum yang antusias mengeksplorasi dunia hukum, sosial, dan politik. Aktif di organisasi kampus dan komunitas. Pengetahuan adalah kunci untuk menciptakan perubahan. Menulis adalah salah satu cara saya untuk berbagi perspektif dan menggugah pemikiran.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Kampus: Wadah Pembelajaran Demokrasi dan Kepemimpinan untuk Mahasiswa

5 Januari 2025   14:56 Diperbarui: 5 Januari 2025   14:56 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika kita berbicara tentang politik kampus, banyak orang mungkin langsung terbayang pemilu BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) atau debat kandidat yang sering diadakan menjelang pergantian kepemimpinan. Tapi sebenarnya, politik kampus lebih dari sekadar itu. Politik kampus adalah ruang di mana mahasiswa bisa belajar tentang kepemimpinan, demokrasi, dan keberanian menyuarakan pendapat. Sebagai mahasiswa baru, memahami politik kampus itu penting, karena ini bisa menjadi langkah awal untuk berkontribusi bagi kampus dan masyarakat.

Politik kampus sudah ada sejak lama dan punya sejarah yang erat kaitannya dengan pergerakan mahasiswa di Indonesia. Dari zaman perjuangan kemerdekaan hingga era reformasi, mahasiswa selalu jadi garda terdepan dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Dulu, organisasi mahasiswa seperti HMI, GMNI, dan PMII bukan hanya aktif di kampus, tapi juga di panggung nasional. Kini, politik kampus lebih fokus pada pengelolaan isu-isu internal kampus, seperti kesejahteraan mahasiswa, transparansi anggaran, dan kegiatan akademik.

Di kampus, aktivitas politik bisa bermacam-macam bentuknya. Misalnya, pemilu BEM yang biasanya jadi ajang paling seru karena melibatkan banyak mahasiswa. Selain itu, ada juga kegiatan seperti diskusi panel, aksi solidaritas, atau rapat umum mahasiswa. BEM sebagai eksekutif dan DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) sebagai legislatif punya peran besar dalam menentukan arah kebijakan kampus. Selain itu, UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan organisasi eksternal juga sering memberikan warna tersendiri dalam dinamika politik kampus.

Politik kampus tidak selalu mulus. Ada banyak tantangan yang dihadapi, seperti kurangnya partisipasi mahasiswa. Tidak sedikit yang merasa politik kampus hanya urusan segelintir orang. Belum lagi isu-isu seperti money politics atau pengaruh organisasi eksternal yang kadang membuat politik kampus terlihat "tidak sehat." Tapi di balik itu, dinamika ini justru jadi tantangan yang mengajarkan kita untuk tetap berpegang pada prinsip dan integritas.

Sebagai mahasiswa baru, mungkin kita berpikir, apa sih pentingnya ikut politik kampus? Jawabannya: banyak! Politik kampus itu seperti laboratorium kecil untuk mengasah soft skills kita. Kita belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan baik, baik itu saat berbicara di depan umum maupun saat berdiskusi dalam kelompok kecil. Selain itu, kita juga belajar menyelesaikan konflik, baik konflik internal dalam organisasi maupun konflik antar organisasi.

Manfaat lain yang tidak kalah penting adalah kemampuan membuat keputusan. Dalam politik kampus, kita sering dihadapkan pada situasi yang membutuhkan analisis cepat dan pengambilan keputusan yang matang, misalnya dalam penyusunan program kerja atau saat harus memilih prioritas anggaran.

Tidak hanya itu, politik kampus juga membuka kesempatan untuk memahami manajemen organisasi. Bagaimana caranya mengelola anggota, memimpin rapat, dan memastikan program berjalan sesuai rencana adalah pelajaran yang tidak kita dapatkan di dalam kelas. Selain itu, melalui politik kampus, kita bertemu dengan mahasiswa dari berbagai latar belakang, sehingga memperluas wawasan dan jaringan sosial kita.

Yang paling penting, politik kampus mengajarkan kita untuk peduli dan aktif berkontribusi dalam menciptakan perubahan. Di tengah tantangan sosial dan politik yang kompleks di Indonesia, mahasiswa yang terlatih melalui politik kampus dapat menjadi agen perubahan yang mampu membawa solusi nyata. Dengan aktif berpolitik, kita juga bisa melatih keberanian untuk menyuarakan kebenaran meski berada di lingkungan yang mungkin tidak selalu mendukung.

Namun, bukan berarti politik kampus berjalan tanpa kekurangan. Banyak mahasiswa yang apatis dan merasa bahwa politik kampus itu hanya ajang mencari popularitas. Ini merupakan tantangan besar bagi kita semua. Kalau kita ingin politik kampus menjadi lebih baik, diperlukan adanya perbaikan, seperti peningkatan transparansi, edukasi politik, dan memastikan semua mahasiswa merasa dilibatkan. Sebagai generasi muda, kita harus berani memberikan kritik yang membangun.

Pengalaman di politik kampus sering kali jadi bekal berharga untuk berkontribusi di masyarakat. Banyak tokoh nasional yang dulunya aktif di BEM atau organisasi mahasiswa. Sebut saja tokoh-tokoh seperti Soe Hok Gie, yang aktif di pergerakan mahasiswa untuk memperjuangkan isu-isu sosial, atau mahasiswa era reformasi yang menjadi pilar penting dalam menumbangkan rezim Orde Baru.

Aktivitas politik kampus mengajarkan kita cara memimpin, berdiskusi, dan membuat kebijakan yang berdampak nyata. Misalnya, kemampuan menyusun strategi kampanye dalam pemilu kampus bisa menjadi bekal untuk memahami bagaimana politik nasional berjalan. Begitu juga dengan kemampuan berdiplomasi dan menyelesaikan konflik, yang sangat berguna di dunia kerja atau kehidupan bermasyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun